tag:blogger.com,1999:blog-20265307940383202732024-03-19T21:32:51.659-07:00Nasrulnasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-702826755782654452009-12-12T10:38:00.000-08:002009-12-12T10:39:39.915-08:00Jaga Siri’nu<p class="MsoNormal">“Jagai siri’nu nak”. Inilah sepatah kata yang dipesankan kakek saya sebelum menginjakkan kaki kemesir. Sebuah kata yang simple, pendek, ringkas tapi sarat dengan arti dan makna. Sebuah kata yang jika diartikan “ jaga malumu nak”, yang maknanya (dimanapun kamu berada, ditanah apapun kamu berpijak, rasa malu dan harga diri <span style="mso-spacerun:yes"> </span>harus kamu pertahankan pada dirimu). Sebuah falsafah Bugis Makassar yang senantiasa kugenggam dengan gigi geraham dan selalu terngiang dalam benakku.</p> <p class="MsoNormal">“Malu” ia itulah eksistensi dari pesan ini, inilah sifat yang akan menjadi pengontrol manusia dari sikap yang tidak terpuji. Inilah manifestasi dari sabda nabi yang membolehkan kita untuk berbuat apa saja kalau kita tidak punya rasa malu. Ia adalah sifat mulia bin agung<span style="mso-spacerun:yes"> </span>yang telah dibawa bersamaan dengan lahirnya<span style="mso-spacerun:yes"> </span>manusia kebumi ini, dan inilah sebab yang membuat nabi Adam dan Hawa menutup aurat mereka dengan dedaunan ketika diusir dari syurga. <span style="mso-spacerun:yes"> </span></p> <p class="MsoNormal">Dengan sifat ini akan membawa anak cucu Adam mencapai derajat yang tinggi disi Allah, betapa tidak seseorang yang timbul dalam pikirannya untuk maksiat tiba-tiba mengurungkan niat dan tidak jadi melakukannya,kenapa? karena ia malu kepada Allah tuhan pemilik jagad raya, ia malu melakukan maksiat dan disaksikan langsung penguasa alam semesta. Begitu pula kehidupan akan terasa aman, damai dan tentram jika sifat ini kita pelihara baik-baik dan menjaganya dari polusi maksiat yang akan mengikis dan meredupkan cahaya sifat ini. Cahayanya yang terang akan menerangi setiap langkah manusia dari gelapnya duri-duri dosa.</p> <p class="MsoNormal">Namun sebaliknya dampak dan malapetaka besar akan terjadi jika malu ini sudah lenyap pada diri manusia, karena ia adalah pancaran dari cahaya iman, maka seseorang yang kurang rasa malunya akan berbuat seenaknya tanpa melihat baik atau buruknya perbuatan tersebut, tidak usah jauh-jauh kita bisa saksikan pada sekeliling kita, lihatlah bagaimana seorang yang mengaku Azhari bergandengan tangan dengan yang bukan muhrimnya, lihatlah bagaimana seorang penuntut ilmu agama menghambur-hamburkan duitnya sekedar<span style="mso-spacerun:yes"> </span>untuk chat atau download diwarnet, lihatlah bagaimana seorang duta-duta bangsa menghabiskan waktunya hanya untuk menamatkan film <i>musalsal, </i>dan masih banyak lagi contoh-contoh semacam ini yang penulis malu untuk menorehkannya. Itulah malu sebuah kata penuh dengan misteri, yang membuat manusia kadang-kadang<span style="mso-spacerun:yes"> </span>menyadari<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dampak dari sifat ini tapi toh ia tetap konsisten dan bergelimang dengan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>setumpuk dosa-dosa tanpa malu untuk mengakui dan melakukannya. </p> <p class="MsoNormal">Dosa-dosa yang dilakukan, disengaja atau tidak disengaja adalah <i>atsar</i> dari hati yang lemah, dengan takluknya akal oleh nafsu menyebabkan lahirnya maksiat, namun manusia oleh Allah diberikan keistimewaan dari makhluk ciptaan lainnya, yang disebut dengan <i>getaran ilahiah</i>,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>getaran inilah yang menjadikan bahan pertimbangan bagi manusia dalam kehidupannya, getararan ini akan muncul ketika manusia dihadapkan kepada perbuatan yang akan menjerumuskan kepada maksiat dan dosa, dan malu adalah cabang dari getaran ilahiah ini.sebagai penutup penulis akan mengajukan pertanyaan kepada anda, mungkinkah malu ini masih bersemayam pada diri anda? ataukah ia sudah lama pergi tak kunjung kembali? Jawabannya, hanya Allah dan kita saja yang tahu.</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-4652029833083728602009-12-12T10:36:00.002-08:002009-12-12T10:38:44.768-08:00TAQLID, TALFIQ DAN FATWA<p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">Pendahuluan</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><span style="'font-family:">Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah, tuhan yang tidak pilih kasih dan tak pandang sayang kepada hambanya yang senantiasa bertakwa kepadanya. Shalawat beriring salam kepada junjungan, <i>qudwah</i> kita Rasulullah Saw,beserta isteri-isteri beliau keluarga beliau dan kepada sahabat karib beliau.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><i><span style="'font-family:">Taqlid</span></i><span style="'font-family:"> dan <i>talfiq</i> adalah pembahasan dalam ushul fiqh yang ramai dan tetap hangat untuk didiskusikan, dan pembahasan ini sangat kita butuhkan, terutama juga masyarakat kita di Indonesia, oleh karena itu kita dituntut agar mengetahui, meneliti dan mendalami ilmu usul fiqh terutama untuk materi <span style="mso-spacerun:yes"> </span>ini, sehingga kita tidak canggung ketika dihadapkan permasalahan atau pertanyaan tentang masalah ini. Makalah didepan pembaca <span style="mso-spacerun:yes"> </span>hanyalah pengantar, agar nantinya kita bisa lebih memperdalam <span style="mso-spacerun:yes"> </span>dengan mengkaji khazanah-khazanah keilmuan yang ada di negeri ini. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">Pembahasan pertama.</span></b><span style="'font-family:"> <b><i>Taqlid</i></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">A.Pengertian <i>taqlid</i></span></b></p> <p style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent:36.0pt; line-height:150%;background:white"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:">Kata <i>taqlid</i> </span><span style="'font-size:11.0pt;line-height:150%;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>(</span><b><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;line-height:150%;font-family:">تَقْلِيْدٌُ</span></b><span style="'font-size:11.0pt;line-height:150%;font-family:">) </span><span style="'font-size:11.0pt;line-height:150%;font-family:">adalah mashdar dari <i>qallada – yuqallidu</i></span><span style="'font-size:11.0pt;line-height:150%;font-family:"> (</span><b><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;">قَلَّدَ</span></b><b><span style="'font-size:11.0pt;"> - <span lang="AR-SA" dir="RTL">يُقَلِّدُ</span></span></b><span style="'font-size:11.0pt;line-height:">). </span><span style="'font-size:11.0pt;line-height:150%;">Secara bahasa, adalah :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%;background:white"><b><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-family:">وضع الشيء في العنق</span></b><b><span lang="AR-SA" style="'font-family:"> <span dir="RTL">محيطاً به كالقلادة</span></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">”Meletakkan sesuatu di leher dengan melilitkannya seperti kalung”<a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[1]</span></span></span></span></a>. </span><span style="'font-family:">Adapun menurut istilah taqlid bermakna “mengambil suatu pendapat tanpa mengetahui dalilnya”<a style="mso-footnote-id: ftn2" href="#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[2]</span></span></span></span></a>. Asy-syaukani Didalam kitabnya <i>Irsyadul Fuhuul</i> juga menuturkan tentang pengertian <i>taqlid,</i> yaitu, “suatu perbuatan yang didasarkan oleh satu perkataan tanpa <i>hujjah”</i>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">B.Hukum <i>taqlid</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><span style="'font-family:">Hukum-hukum syar’iah diantaranya ada yang bersinggungan dengan aqidah atau <i>ushul</i>, juga ada yang berkaitan dengan <i>furu’</i> atau cabang. Dalam masalah aqidah seperti <i>ma’rifatullah,</i> tauhid, dalil-dalil bukti kenabian dan rukun islam, adalah sesuatu yang <i>qath’i,</i> menurut jumhur dalam hal ini tidak boleh <i>taqlid</i>, dalilnya ialah :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:35.45pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Kewajiban tafakkur dalam aqidah, sedangkan pada <i>taqlid</i> berarti telah meninggalkan kewajiban ini. Didalam Al Quran telah dijelaskan <span style="mso-spacerun:yes"> </span>tentang hal ini.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Allah SWT, </span><span style="'font-family:">"Sesungguhuya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam dan siang…. ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang berakal. " </span><span style="'font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[3]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:35.45pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Umat islam telah bersepakat tentang <i>ma’rifatullah</i>, apa yang harus untuk Allah dan apa yang tidak mungkin untuk Allah SWT.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">Adapun dalam masalah <i>furu’iyah</i>, ulama juga masih berselisih pendapat, diantaranya :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:32.2pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l4 level1 lfo2"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Pendapat pertama mengatakan tidak harus sama sekali ber<i>taqlid</i>, bahkan mereka mewajibkan setiap <i>mukallaf </i>( yang dibebani) berijtihad dan mempelajari segala ilmu yang diperlukan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dalam berijtihad. Ini adalah<span style="mso-spacerun:yes"> </span>pendapat sebagian dari madzhab<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Syiah Imamiyah Ad-Dzhohiriah dan Mu’tazilah</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:32.2pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l4 level1 lfo2"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Taqlid</span></i><span style="'font-family:"> wajib hukumnya.Ini adalah pendapat Al Hasyawiyyah dan At-Ta’limiyah</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:32.2pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l4 level1 lfo2"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">c)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Ijtihad tidak dilarang, dan <i>taqlid</i> haram bagi mujtahid tapi wajib bagi orang awam. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Mereka berlandaskan atas dalil sebagai berikut.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:49.65pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l9 level1 lfo3"><span style="font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol;mso-bidi-font-family: Symbol"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Dalil Al Quran yang berbunyi</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm;margin-bottom:0cm; margin-left:49.65pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">“Maka tanyakan olehmu orang-orang yang berilmu jika kamu tidak <span style="mso-spacerun:yes"> </span>tahu"<a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[4]</span></span></span></span></a> </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:49.65pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l9 level1 lfo3"><span style="font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol;mso-bidi-font-family: Symbol"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Ijma’ <span style="mso-spacerun:yes"> </span>para sahabat dan tabi’in. Mereka telah memberikan <i>fatwa</i> kepada orang awam yang bertanya kepada mereka tentang hukum dari suatu kejadian.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:49.65pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l9 level1 lfo3"><span style="font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol;mso-bidi-font-family: Symbol"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Dalil akal, bahwa ijtihad adalah kemampuan yang cuma dimiliki oleh segelintir orang, jika berijtihad dibebani oleh setiap orang maka ini sama saja dengan <i>taklifan bima la yuthoq</i>, dan ini tidak diperbolehkan oleh syariat. Sebagaimana Allah berfirman pada surat al baqarah ayat 286, yang artinya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya”.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-36.0pt;line-height:150%; mso-list:l5 level1 lfo12"><b><i><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">C.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i></b><b><span style="'font-family:">Pembagian <i>taqlid</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><i><span style="'font-family:">Taqlid</span></i><span style="'font-family:"> terbagi menjadi 2 bagian, <b><i>pertama</i></b> <i>taklid Mahmud</i>, <b><i>kedua</i></b> <i>taklid Madzmum</i>. Yang dimaksud dengan <i>taklid mahmud</i> adalah seseorang <i>taklid</i> karena ia tidak memenuhui syarat-syarat mujtahid. Adapun <i>taqlid madzmum</i> terbagi menjadi 3 macam :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l7 level1 lfo4"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Hal-hal yang bertentangan dengan apa yang diturunkan Allah</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l7 level1 lfo4"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Taklid</span></i><span style="'font-family:"> kepada seseoang yang tidak diketahui kepribadiannya.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l7 level1 lfo4"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">c)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Taklid</span></i><span style="'font-family:"> kepada seseorang setelah datangnya <i>hujjah</i> atau kebenaran yang bebeda dengan pendapat yang ia anut.<a style="mso-footnote-id: ftn5" href="#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[5]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">Pembahasan kedua. <i>Talfiq</i></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:18.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l8 level1 lfo13"><b><i><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">A.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i></b><b><i><span style="'font-family:">Pengeertian Talfiq</span></i></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><i><span style="'font-family:">Talfiq</span></i><span style="'font-family:"> adalah mengkombinasikan atau mencampuradukkan antara 2 madzhab dalam satu masalah sehingga menghasilkan satu bentuk hukum atau konsep<span style="mso-spacerun:yes"> </span>tertentu hasil dari<span style="mso-spacerun:yes"> </span>gabungan 2 madzhab tersebut, sedangkan setiap madzhab <span style="mso-spacerun:yes"> </span>tidak berpendapat demikian dalam masalah itu. Misalnya, seseorang yang membasuh sebagian rambutnya ketika wudhu dengan mengikuti pendapatnya imam Syafi’i, kemudian ia bersentuhan dengan perempuan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dan menganggap wudhunya tidak batal karena ia juga mengikuti pendapatnya imam Malik. Imam Syafi’i berpendapat wudhunya telah batal karena ia telah bersentuhan dengan perempuan, dan imam Malik juga berpendapat bahwa wudhunya batal karena ia tidak membasuh seluruh kepalanya<a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[6]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:18.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l8 level1 lfo13"><b><i><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">B.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i></b><b><span style="'font-family:">Hukum <i>talfiq</i></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:31.65pt;line-height:150%"><span style="'font-family:">Sebagian ulama melarang <i>talfiq</i>, karena hal ini sama saja dengan membuat pendapat ketiga saat ulama berbeda pendapat dalam suatu masalah. Didalam kitab <i>Ushul <span style="mso-spacerun:yes"> </span>iqh Al Islamy</i> dijelaskan tentang bantahan yang melarang <i>talfiq</i> secara mutlak, yaitu :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:49.65pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l6 level1 lfo5"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings"><span style="mso-list:Ignore">§<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Talfiq</span></i><span style="'font-family:"> belum diketahui oleh para salaf, belum ada pada zaman nabi dan para sahabat, begitu pula para imam 4 dan selainnya dari para mujtahid, belum pernah kita dengar diantara mereka yang tidak melarang beramal dengan madzhab yang lain.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:49.65pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l6 level1 lfo5"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings"><span style="mso-list:Ignore">§<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Ulama menetapkan tidak wajib seseorang iltizam terhadap madzhab tertentu, sehingga orang yang tidak mengikuti madzhab tertentu boleh baginya <i>talfiq.</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">C. <i>Talfiq</i> yang dilarang</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">Tidak semua <i>talfik</i> itu boleh secara mutlak, <i>Talfiq</i> yang dilarang ada 2 macam :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">1) <i>Bathil Lidzatihi</i>, t<i>alfiq</i> yang mengarah kepada yang haram seperti khamr, zina dan sebagainya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">2) <i>mahdzurun La Lidzatihi</i>, terbagi menjadi beberapa macam :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:38.75pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l2 level1 lfo6"><span style="font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol;mso-bidi-font-family: Symbol"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Mengambil atau mengikuti pendapat-pendapat yang mudah dari setiap madzhab, tanpa ada udzur tertentu.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:38.75pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l2 level1 lfo6"><span style="font-family:Symbol;mso-fareast-font-family:Symbol;mso-bidi-font-family: Symbol"><span style="mso-list:Ignore">·<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Talfiq </span></i><span style="'font-family:">yang mengharuskan kembali kepada perbuatan <i>taqlid</i><a style="mso-footnote-id: ftn7" href="#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[7]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">Pembahasan ketiga. <i>Fatwa</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">A. pengertian <i>Fatwa</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><i><span style="'font-family:">Fatwa</span></i><span style="'font-family:"> adalah mengkhabarkan atau menginformasikan terhadap hukum Allah dengan <i>hujjah</i> bagi siapa saja yang bertanya<a style="mso-footnote-id:ftn8" href="#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[8]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">B. Hukum <i>fatwa</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><span style="'font-family:">Siapa yang mengetahui sebuah hukum, kemudian dia ditanya tentang hal tersebut, maka wajib baginya menjelaskan, sebagaimana firman Allah, “Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu) “hendaklah kamu benar-benar menerangkannya ( isi kitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya.”( QS. Al imran : 187)</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">Rasulullah juga memperkuat dalam sabdanya “Siapa yang ditanya tentang sesuatu hal, kemudian ia menyembunyikannya maka ia akan dikekang oleh Allah pada hari pembalasan dengan kekangan dari neraka”.<a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[9]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">C Syarat-syarat <i>fatwa.</i></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l12 level1 lfo7"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Adil, sebab ia adalah orang yang memberi informasi, dan informasi dari orang fasik tidak diterima</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l12 level1 lfo7"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Tidak sah fatwanya orang yang lalai, karena ia akan menyembunyikan hal-hal yang ia ketahui</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l12 level1 lfo7"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">c)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Seorang <i>mufti </i>dalam menginformasikan <i>fatwa</i>nya harus dengan niat yang ikhlas.<a style="mso-footnote-id:ftn10" href="#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[10]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><span style="'font-family:">Para ulama banyak membuat syarat-syarat bagi seorang <i>mufti,</i> seperti berakal, bebas ( bukan budak), baligh dll. Dalam kitab <i>Ushul <span style="mso-spacerun:yes"> </span>fiqh Al islamy</i>, Prof.Dr. Wahbah Zuhaili memaparkan ada 3 poin mengenai syarat seorang <i>mufti,</i> yaitu :</span></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%; mso-list:l10 level1 lfo8"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Kehidupan bagi seorang <i>mufti</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">Ulama berselisih pendapat bolehnya <i>taqlid</i> kepada seseorang yang telah meninggal dunia, diantaranya :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%; mso-list:l11 level1 lfo9"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Boleh <i>taqlid</i> kepada seseorang yang telah meninggal dunia. Imam Syafi’i berkata “ madzhab-madzhab tidak akan mati dengan kematian imammnya” </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom: .0001pt;mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height: 150%;mso-list:l11 level1 lfo9"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">tidak boleh <i>taqlid</i> kepada seseorang yang telah meninggal dunia, ini adalah pendapat Ar- Razi dan sebagian golongan Syiah</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%; mso-list:l10 level1 lfo8"><i><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i><span style="'font-family:">keilmuan bagi seorang <i>mufti</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">Jika dalam suatu daerah banyak terdapat <i>mufti</i>, kemanakah seorang <i>muqallid</i> menanyakan dan meminta <i>fatwa</i> ? Dalam masalah ini ulama berbeda pendapat, yaitu :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l3 level1 lfo10"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Wajib bagi seorang awam meminta <i>fatwa</i> kepada seorang yang lebih tinggi ilmunya dan <i>wara’</i>. Pendapat ini dipelopori oleh imam Ahmad, Ibnu Suraij, Al Qaffal dari madzhab Syaf’ii, abu Ishak Al isfiroyiny, abu Hasan At habari, </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l3 level1 lfo10"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Orang awam bisa memilih atau meminta <i>fatwa</i><span style="mso-spacerun:yes"> </span>kepada siapa saja yang ia inginkan.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%; mso-list:l10 level1 lfo8"><i><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i><i><span style="'font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>‘Adalah</span></i><span style="'font-family:"> bagi <i>mufti</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><i><span style="'font-family:">‘ Adalah </span></i><span style="'font-family:">adalah Penjelasan atau keterangan dalam t<i>awassut </i>(pertengahan) dalam suatu hal tanpa melampaui batas dengan menambah-nambahkan atau dengan mengurangi.<a style="mso-footnote-id:ftn11" href="#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[11]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:">Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam syarat <i>‘adalah</i> <i>mufti,</i> yaitu :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l1 level1 lfo11"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">mengikuti suatu perkataan berdasarkan atas dalil, </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l1 level1 lfo11"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">mengutamakan hal-hal yang telah disepakati dari yang belum disepakati.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;line-height:150%;mso-list:l1 level1 lfo11"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">c)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Tidak mengikuti keinginan manusia, tapi ia harus mengikuti <i>mashlahah</i> dan dalil.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><b><span style="'font-family:">Penutup.</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;text-indent:36.0pt;line-height:150%"><span style="'font-family:">Inilah sekelumit pembahasan mengenai <i>taqlid, tafiq dan fatwa</i>, mudah-mudahan bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca, kritikan dan saran sangat diharapkan.wassalam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm;margin-bottom:0cm; margin-left:18.0pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><span style="mso-tab-count:1"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm;margin-bottom: 0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm;margin-bottom: 0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto;text-align: justify;line-height:150%"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align: justify;line-height:150%"><o:p> </o:p></p> <div style="mso-element:footnote-list"><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <div style="mso-element:footnote" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[1]</span></span></span></span></a> <i>Al-ushul min ilmil uhul</i> oleh ibn utsaimin. Hal 49</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[2]</span></span></span></span></a> Prof.dr.wahbah Zuhaili, ushul fiqh islamy, vol, 1,dar el-fikr, damaskus,2006, hal,401</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[3]</span></span></span></span></a> Al-Qur’an.QS Albaqarah : 164</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[4]</span></span></span></span></a> QS. An nahl : 46</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[5]</span></span></span></span></a> PROF.Dr. wahbah zuhaili, op cit, hal. 410</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[6]</span></span></span></span></a> Ibid, hal 421</p> <p class="MsoFootnoteText"><o:p> </o:p></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[7]</span></span></span></span></a> Ibid, hal. 427</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn8"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn8" href="#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[8]</span></span></span></span></a> Dr. Muhammad sulaiman Abdullah Al Asykar, Al wadhih fi ushul fiqh lil mubtadiin, dar el-salam, kairo</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn9"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[9]</span></span></span></span></a> Ibid, hal. 277</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn10"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn10" href="#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[10]</span></span></span></span></a> Ibid, hal. 279</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn11"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn11" href="#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[11]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Ibid, hal. 444</p> </div> </div>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-85635626870963743152009-12-12T10:36:00.001-08:002009-12-12T10:36:52.018-08:00Puasa ditinjau dari segi medis<p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Kesehatan adalah nikmat yang sangat berharga bagi setiap diri manusia, tanpa kesehatan harta pangkat dan jabatan akan sia-sia. Namun manusia paling sulit baginya untuk menjaga dan mensyukuri nikmat yang satu ini, karena Kesehatan baru terasa sangat berharga jika ia sudah lenyap.</span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;margin-bottom:12.0pt; text-align:justify;line-height:normal"><span style="'font-family:">Ini adalah sepenggal kalimat yang sudah tidak asing ditelinga kita, sejak kecil kita sudah <i>disuapin</i> dengan slogan-slogan tentang pentingnya menjaga kesehatan. Kemudian apa hubungannya dengan puasa yang kita jalani sekarang ini? disini kita akan melihat, ibadah puasa yang sedang kita jalani, <i>atsarnya</i> bukan cuma kepentingan ukhrawi saja, tapi puasa juga sangat erat kaitannya dengan kesehatan jasmani. Ternyata puasa yang kita laksanakan bisa mencegah penyakit akibat pola makanan yang berlebihan, karena tanpa adanya pengistirahatan pada perut, bisa mengakibatkan beberapa macam penyakit, seperti </span><span style="'font-family:">kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis, dan lain-lain.</span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;margin-bottom:12.0pt; text-align:justify;line-height:normal"><span style="'font-family:">Adapun puasa jika dilihat dari kesehatan jasmani bisa ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya:</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="mso-margin-top-alt:auto;margin-bottom: 12.0pt;margin-left:32.2pt;mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;line-height:normal;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">1)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">Memberi kesempatan kepada alat pencernaan untuk istirahat, karena bulan-bulan sebelumnya alat pencernaan kita bekerja keras siang dan malam, maka sudah semestinya kita beri waktu untuk memulihkan sel-sel yang rusak dan meningkatkan fungsi organ-organ tubuh.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt: auto;margin-left:32.2pt;mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt; line-height:normal;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">2)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:">membersihkan tubuh dari racun dan kotoran (detoksifikasi). Puasa merupakan terapi detoksifikasi yang paling tua. Dengan puasa, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita, sehingga menghasilkan enzim antioksidan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh. Hal ini telah dibuktikan di Negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika. Di negara maju tersebut terdapat lembaga kedokteran, lembaga terapi tersebut hanya memerintahkan kepada pasiennya untuk berpuasa, disana para pasien di diagnosa tanpa diberi makan dan minum, dan ternyata hasilnya menakjubkan, banyak pasien yang sebelumnya mempunyai penyakit yang gawat bisa sembuh setelah melalui tahapan <span style="mso-spacerun:yes"> </span>dengan berpuasa. Begitu pula Para peneliti dan ahli kedokteran telah menemukan bahwa puasa secara teratur bisa memblokir bakteri dan virus yang bisa mengganggu kestabilan tubuh.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt: auto;margin-left:32.2pt;mso-add-space:auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt; line-height:normal;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="'font-family:"><span style="mso-list:Ignore">3)<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>menambah jumlah sel darah putih sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt: auto;margin-left:32.2pt;mso-add-space:auto;text-align:justify;line-height:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt: auto;margin-left:32.2pt;mso-add-space:auto;text-align:justify;line-height:normal"><span style="'font-family:">Inilah bukti dari sabda nabi “suumu tasihhu”.(berpuasalah maka kamu akan sehat). Maka Dengan puasa ramadhan, kita akan mendapatkan dua keuntungan besar, <i>pertama</i> pahala dari Allah, <i>kedua</i>, terjaga dari berbagai macam penyakit.wallahu a’lam. </span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:14.2pt;text-align:justify;line-height:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;margin-bottom:12.0pt; margin-left:18.0pt;text-align:justify;line-height:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-831036653704212122009-12-12T10:34:00.000-08:002009-12-12T10:35:57.837-08:00Budak dalam Perspektif Islam<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Muqaddimah</span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><i><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Qadhiyah</span></i><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"> perbudakan dalam Islam adalah <i>qadhiyah</i> yang masih kontroversi. Antara yang kukuh dan tetap mempertahankan, dan sebagian yang menganggap bahwa perbudakan sudah tidak ada dan tidak relevan lagi, dengan argumen Islam telah mencabut segala macam bentuk perbudakan sampai ke akar-akarnya, dan membuka pintu selebar-lebarnya dalam memerdekakan budak.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Para ulama salaf dan khalaf, mengabadikan konsep perbudakan ini ke dalam kitab-kitab karangan mereka. Hal ini dianggap sebagai hal yang menarik dan sangat urgen untuk diketahui oleh umat Islam. Melihat umat Islam saat ini yang sebagian besar masih kurang tahu menahu tentang konsep perbudakan dalam Islam. Terkadang kita mencampur adukkan dan menyamaratakan sikap non muslim dan muslim itu sendiri dalam ber<i>muamalah </i>dengan budak. Adalagi yang beranggapan perbudakan itu dipelopori oleh Islam. Persepsi<span style="mso-spacerun:yes"> </span>semacam ini sekuat mungkin kita buang jauh-jauh dari pikiran kita, dan tugas kita adalah mencari tahu bagaimanakah sistem perbudakan dalam Islam yang sebenarnya.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Apakah betul perbudakan telah dibumihanguskan oleh Islam? Bagaimanakah sikap dan cara Islam dalam memandang sistem perbudakan? Apakah betul yang dikatakan orientalis bahwa Islam menjadi pelopor dalam menghalalkan free seks dengan bolehnya menggauli budak perempuan? Bagaimanakah cara sebenarnya yang ditempuh Islam dalam memerdekakan budak? Dan beberapa pertanyaan lagi yang menyangkut perbudakan, akan kita bahas dan mendiskusikannya bersama pada kajian eksternal mujaddid di kesempatan ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan dari peserta diskusi. Dan semoga dari makalah sederhana ini bisa sedikit menambah wawasan kita tentang konsep perbudakan dalam islam.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">1. Sejarah perbudakan<span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Sebelum agama Islam datang, perbudakan sudah menjadi sistem bagi sebagian negara-negara besar, semisal Romawi, Persia, Babilonia dan Yunani. Bangsa ini telah menerapkan dan memakai sistem perbudakan. Perbudakan sangat terkait dengan sistem perekonomian dan politik yang mereka terapkan. Perbudakan menjadi komodoti negara dengan memperjualbelikan sejumlah budak. Bahkan setiap budak mempunyai taraf harga yang berbeda-beda.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Budak dikala itu bagaikan manusia setengah hewan, pekerjaan-pekerjaan berat dan kotor semuanya menjadi pekerjaan budak. Budak menjadi hak paten bagi pemiliknya. Tidak ada norma-norma maupun rasa kemanusiaan yang diberikan kepada budak. Budak menjadi momok mengerikan yang penuh dengan penindasan dan kedzaliman. Bahkan tak jarang ditemukan budak yang disiksa oleh tuannya dengan berbagai macam siksaan, yang berujung pada kematian. </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Kita mencoba mengambil satu contoh suatu bangsa dalam memperlakukan budak-budak mereka, semisal bangsa Romawi. Para pemimpin dan para pembesar Romawi, mereka mempunyai ribuan budak yang menjadi pelayan dari seluruh keinginan mereka. Penderitaan yang dialami budak-budak mereka, tidak menjadi tanggungan terhadap apa yang mereka lakukan.<a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[1]</span></span></span></span></a> <span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Para budak mereka perlakukan dengan bengis. Mereka membelenggu dengan ikatan yang kuat yang tidak mungkin bagi mereka melarikan diri, mereka juga tidak memberikan pada para budak makanan, kecuali sekadarnya saja, jadilah budak itu seperti hewan yang penuh dengan cemoohan.<a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[2]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Inilah sedikit gambaran, akan penindasan dan penganiayaan yang dialami oleh para budak, dan sudah menjadi rahasia umum, bahwa undang-undang Roma memberikan hak mutlak kepada pemilik budak untuk mengurusi budak mereka, tak ada larangan maupun undang-undang yang mengatur hak-hak bagi sang budak. Siksaan cacian dan makian sampai pada pembunuhan tidak menjadi larangan bagi pemilik budak. Pemilik budak melakukan sekehendak hati terhadap budak, jadilah mereka seperti hewan bahkan lebih rendah dari hewan.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">2. Sebab-Sebab Munculnya Perbudakan</span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Sebelum islam datang, banyak faktor-faktor yang meyebabkan terbukanya jalan menuju perbudakan, inilah yang menjadi sebab munculnya perbudakan dimasa <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Roma, Persia, Babilonia dan Yunani.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align:justify;text-indent:-18.0pt; mso-list:l6 level1 lfo3"><span style="'font-size:12.0pt;"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Nafsu untuk memperbudak, ketika suatu kelompok menang dalam sebuah peperangan.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align:justify;text-indent:-18.0pt; mso-list:l6 level1 lfo3"><span style="'font-size:12.0pt;"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Karena kemiskinan dan kefakiran, dan tidak adanya kesetiaan terhadap agama.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align:justify;text-indent:-18.0pt; mso-list:l6 level1 lfo3"><span style="'font-size:12.0pt;"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Munculnya perbudakan karena hukum dari tindak kriminal, seperti mencuri dan membunuh. </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align:justify;text-indent:-18.0pt; mso-list:l6 level1 lfo3"><span style="'font-size:12.0pt;"><span style="mso-list:Ignore">4.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Karena mencari pekerjaan dan tempat tinggal.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align:justify;text-indent:-18.0pt; mso-list:l6 level1 lfo3"><span style="'font-size:12.0pt;"><span style="mso-list:Ignore">5.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Karena penyanderaan dan penculikan.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align:justify;text-indent:-18.0pt; mso-list:l6 level1 lfo3"><span style="'font-size:12.0pt;"><span style="mso-list:Ignore">6.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Karena tradisi para raja, pembesar dan kaisar.<a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[3]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">3. Sikap Islam Terhadap Perbudakan</span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Setelah melihat dan menyaksikan perlakuan kepada budak yang tidak manusiawi, maka hadirlah Islam, mengatur dan membuat aturan-aturan yang menjamin hak-hak dan kehidupan bagi sang budak. Para budak tidak lagi menjadi hinaan dan cemoohan, tapi Islam mengangkat para budak setingkat dengan orang yang merdeka. Islam tidak memandang dengan mata sebelah para budak, bahkan budak mendapatkan posisi dalam masyarakat.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Sebelumnya juga sudah disinggung, sebelum Islam datang ada beberapa wasilah yang bisa menjadikan seseorang menjadi budak. Kemudian apa tindakan Islam terhadap wasilah ini? Islam datang untuk mempersempit jalan masuk menuju perbudakan. Dalam artian tidak menghilangkannya secara mutlak sistem perbudakan. Bisa dikatakan bahwa Islam menetapkan dan mengakui adanya perbudakan, namun Islam membatasi jalan-jalan menuju kesana.<a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[4]</span></span></span></span></a> Islam menutup seluruh jalan untuk masuk kedalam perbudakan, kecuali satu jalan saja, dan itu pun menjadi sebuah alternatif, yaitu memperbudak terhadap tawanan perang.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Perang yang didalamnya dibolehkan memperbudak tawanan dalam syariat islam adalah perang yang berlandaskan syariat, dan dalam memperbudak tawanan ada beberapa hal yang mesti diperhatikan. Abdullah Nashih U’lwan, dosen <i>dirasah islamiyah</i> universitas kerajaan Abd. Aziz di Jeddah, menjelaskan, ada beberapa karakter yang masuk kategori dalam perang menurut syariat, yaitu :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:84.75pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-48.75pt;mso-list:l1 level1 lfo7"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Memerangi musuh Islam di jalan Allah. Annisa : 76. Maksudnya adalah perang ini tidak berlandaskan perang dengan syahwat, dan tidak bertujuan untuk menjajah.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:84.75pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-48.75pt;mso-list:l1 level1 lfo7"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Tidak boleh seorang muslim memerangi kelompok lain, kecuali setelah memberikan peringatan dan memberikannya tiga altenatif. <i>Pertama,</i> apakah dengan mengajaknya memeluk agama islam. <i>Kedua,</i> memerintahkannya membayar jizyah. Dan Jika kedua altenatif ini tidak dipenuhi maka yang <i>ketiga</i> adalah baru mengadakan <span style="mso-spacerun:yes"> </span>perang kepada mereka.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:84.75pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-48.75pt;mso-list:l1 level1 lfo7"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Bagi muslimin agar mengadakan perdamaian jika pihak musuh menginginkan perjanjian perdamaian, namun dengan syarat tidak adanya kemaslahatan hanya pada pihak musuh, dan kerugian bagi pihak muslim.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Inilah beberapa cara yang ditempuh dalam menjadikan <span style="mso-spacerun:yes"> </span>perang sesuai dengan syariat. kemudian, apa yang dilakukan jika tawanan perang sudah ada pada kita? Syekh U’lwan menambahkan, ada <span style="mso-spacerun:yes"> </span>empat cara yang dilakukan terhadap para tawanan. <i>pertama,</i> membebaskannya. <i>kedua</i>, para tawanan ditebus. <i>ketiga</i>, dibunuh. Dan <i>keempat</i> dijadikan budak.<a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[5]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Kesemuanya ini dipegang penuh oleh imam muslimin/khalifah, atau panglima perang. Imam memilih salah satu pilihan, <span style="mso-spacerun:yes"> </span>yang disesuaikan dengan kemashlahatan.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">4. Muamalah Islam dengan Budak</span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Belum pernah kita dapatkan aturan-aturan kemasyarakatan atau pemerintahan dalam menyikapi budak secara adil dan berperikemanusiaan selain Islam. Sistem pemerintahan Roma dan bangsa yang lainnya telah memperlihatkan akan keganasan dalam memperlakukan budak lebih rendah dari binatang. Olehnya Islam datang untuk memperbaiki metode dalam bermuamalah dengan budak. Disini kita akan coba merumuskan dalam tiga rumusan. <i>pertama</i>, Islam memandang bahwa budak juga manusia yang berhak memperoleh hak dan kemuliaan.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Islam datang mengembalikan hakekat manusia, tanpa membedakan warna kulit, jenis dan tingkatannya. Didalam Al Quran Allah berfirman, <i>”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang bertakwa”.<a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">[6]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><i><span style="'font-size:12.0pt;">Kedua</span></i><span style="'font-size:12.0pt;line-height:">, persamaan budak dengan manusia menyangkut hak dan kewajiban. Begitu juga Islam menerapkan persamaan ini tentang ‘<i>uqubat </i>(sangsi), dan hudud (hukum). Sebagaimana rasulullah bersabda, “ <i>Barangsiapa membunuh budaknya, maka kami akan balas membunuhnya, dan barang siapa memotong budaknya,<a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">[7]</span></b></span></span></span></a> <span style="mso-spacerun:yes"> </span>maka kami akan memotongnya juga, dan barangsiapa yang mengebiri budaknya, maka kami akan</i> <i>mengebirinya juga</i>”.(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;">Dalam persoalan pahala dan nikmat akhirat, Islam tidak mempetak-petakan dan mendiskriminasi golongan tertentu, tapi islam mengggunakan sistem persamaan. Contohnya, Allah akan mempersiapkan bagi hamba-Nya yang taat kepadanya, berupa nikmat surga. Allah berfirman, “…<i>Barang siapa yang mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki didalamnya<span style="mso-spacerun:yes"> </span>tidak terhingga</i>”. <a style="mso-footnote-id: ftn8" href="#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[8]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;">Lafadz ayat ini mengandung keumuman, bagi setiap laki-laki, perempuan, hamba sahaya, orang merdeka, orang fakir, orang kaya dan sebagainya. <span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><i><span style="'font-size:12.0pt;">Ketiga</span></i><span style="'font-size:12.0pt;line-height:">, Islam memperlakukan budak dengan manusiawi dan mulia. Dalam hal ini islam memiliki metode tersendiri dalam memperlakukan budak secara adil dan manusiawi, yang telah berlangsung berabad-abad lamanya. Misalnya dalam hal, </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo6"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">a.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Memberi makanan. Islam sangat menganjurkan bagi pemilik budak untuk berbuat baik dalam memberikan makanan dan pakaian kepada budaknya. Rasulullah bersabda, ”<i>Barang siapa yang memiliki budak, maka berilah makan seperti yang ia makan, dan berilah pakaian seperti yang ia pakai”.</i></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo6"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">b.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Memanggil dengan panggilan yang tidak merendahkan. Bahkan islam melarang seseorang memanggil dengan panggilan yang merendahkan dengan sebutan ini hamba sahayaku atau ini budakku. Rasulullah bersabda,” <i>Janganlah kamu</i> <i>mengatakan ini adalah budak laki-laki ku, dan ini budak perempuanku, tapi hendaklah kamu mengatakan ini adalah putra putriku</i>”.(HR. Muslim)</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Dengan metode seperti ini, secara otomatis akan membuat para budak merasa tenang, karena ia menjadi bagian dari keluarga tuannya. </span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo6"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">c.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Larangan menzalimi budak. Islam sangat melarang keras bagi pemilik budak dalam berperilaku keras dan aniaya terhadap budak mereka. Dari Ibn Umar rasululullah saw bersabda, ”<i>Siapa yang menampar, atau memukul budaknya, maka kaffaratnya adalah dengan cara memerdekakannya</i>”.( HR. Muslim)<a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">[9]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-top:0cm;margin-right:0cm; margin-bottom:0cm;margin-left:54.0pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo6"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">d.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Anjuran dalam berbuat baik pada budak. Islam juga memerintahkan kepada penganutnya agar berbuat baik kepada<span style="mso-spacerun:yes"> </span>seluruh orang lain, tanpa mengecualikan golongan tertentu, seperti budak. Allah berfirman,…”<i>Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua karib kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan membanggakan diri”.<a style="mso-footnote-id:ftn10" href="#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">[10]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin:0cm;margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;">Muhammad Qutb <span style="mso-spacerun:yes"> </span>dalam kitab <i>Assyubhat</i> memberikan contoh bagaimana Islam bermuamalah dengan budak. Rasulullah saw, mempersaudarakan sebagian dari budak-budak dengan beberapa pemuka Quraisy, Bilal bin Rabbah dipersaudarakan dengan Khalid bin Ruwaihah Al khatsma’i, Zaid bin Haritsah dengan Hamzah bin Abdul Muthalib, Zaid dipersaudarakan dengan Abu Bakar As Siddiq.<a style="mso-footnote-id:ftn11" href="#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[11]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Rasulullah saw, memberikan sebuah contoh dalam berbuat baik dengan budak, yaitu dengan mempersaudaran mereka dengan beberapa pembesar Quraisy, nyatalah bahwa islam agama yang tidak menginjak-injak dan menganiaya para budak, tapi islam agama yang mengajarkan, agar selalu memerhatikan para budak. Diriwayatkan dari Ali ra, rasulullah saw, bersabda, <i>”Bertakwalah kalian kepada Allah dan perhatikanlah budak-budak yang kalian miliki</i>”.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Inilah sebagian rumusan yang ditawarkan oleh islam semenjak berabad-abad lamanya dalam bermuamalah dengan budak. Sebuah sikap<span style="mso-spacerun:yes"> </span>yang mencerminkan kelembutan dan kasih sayang ajaran-ajarannya. Adakah sistem yang lebih baik dari islam?</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">5. Cara Islam Memerdekakan Budak.</span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Islam semenjak awal telah memerdekakan budak dari dalam sanubari mereka, perlakuan dengan manusiawi yang telah berlangsung berabad silam diperuntukkan bagi para budak, agar mereka merasa hak dan kewajiban mereka setara dengan orang-orang merdeka. Inilah konsep yang Islam berikan. Setelah pembebasan dari dalam, kemudian Islam sungguh-sungguh membebabaskan dari luar. Inilah pembebasan yang sebenarnya.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Selain Islam yang mengupayakan pembebasan para budak, di negara barat juga telah meneriakkan akan kebebasan bagi tiap individu, atau biasa kita kenal dengan istilah HAM.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Muhammad Quthb mengatakan, pembebasan perbudakan secara dekrit undang-undang, seperti yang pernah dikeluarkan oleh Abraham Lincoln, tidak akan menghasilkan kebebasan yang sebenar-benarnya, kenapa? Karena dalam kehidupan, mereka masih berada dibawah bayang-bayang perbudakan.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Adapun metode islam dalam memerdekakan budak mencakup beberapa hal:</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo8"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:">Memerdekakan karena mengharap ridha Allah</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Seorang majikan melakukan hal ini, tidak lain untuk mendapatkan rahmat dari Allah swt. Allah menyuguhkan banyak keistimewaan dan pahala yang berlipat, bagi siapa saja yang ingin memerdekakan budaknya. Islam sangat mendorong untuk memerdekakan budak dengan cara ini, walaupun hal ini sangat sulit untuk dilakukan. Allah berfirman, “<i>Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak”.<a style="mso-footnote-id:ftn12" href="#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">[12]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">dalam Hadis nabi saw, juga banyak menjelaskan keistimewaan dan pahala bagi orang-orang yang membebaskan budaknya. Nabi bersabda, “<i>Siapa saja memerdekakan seorang budak muslim, maka Allah menjanjikan akan membebaskan dengan setiap anggota tubuh budak itu, setiap anggota tubuhnya dari api neraka”. </i>(HR.Abu Daud dan Nasai<i>)</i></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify;tab-stops:283.15pt"><span style="'font-size:12.0pt;"><span style="mso-tab-count:1"> </span></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Para sahabat tidak mau ketinggalan dalam pelaksanaan amar ma’ruf ini, Abu Bakar As siddiq menginfakkan sejumlah hartanya untuk membeli budak-budak dari para pembesar Quraisy dan kemudian memerdekakannya.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo8"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:">memerdekakan karena kaffarat</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Ini adalah wasilah yang sangat penting dalam membebaskan para budak. Di dalam Al Quran banyak sekali kita dapati dalil yang memerintahkan membebaskan budak dengan cara seperti ini, yaitu membebaskan budak karena telah melakukan pelanggarn syariat Islam. Dan sudah pasti dalam realita, tidak sedikit yang membuat pelanggaran.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Artinya dengan cara ini Islam benar-benar ingin membebaskan budak sebanyak-banyaknya. Diantara sarana dalam membebaskan budak dengan cara kaffarat disebutkan dalam Al Quran :</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:72.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l7 level1 lfo5"><span style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family: Wingdings;mso-bidi-font-family:Wingdings"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Membunuh karena tidak bersalah (tidak disengaja). Maka baginya memerdekakan budak dan membayar diyat. Annisa :92.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:72.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l7 level1 lfo5"><span style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family: Wingdings;mso-bidi-font-family:Wingdings"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Membunuh dari seorang kaum kafir yang berada dalam perjanjian damai dengan mereka. Maka kaffaratnya adalah dengan memerdekakan budak. Annisa 92.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:72.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l7 level1 lfo5"><span style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family: Wingdings;mso-bidi-font-family:Wingdings"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Orang yang melanggar sumpah, kaffaratnya dengan memerdekakan budak. Al maidah :89.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:72.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l7 level1 lfo5"><span style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family: Wingdings;mso-bidi-font-family:Wingdings"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Orang yang <i>menzhihar</i><a style="mso-footnote-id:ftn13" href="#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[13]</span></span></span></span></a> istrinya, kemudian bertaubat, kaffaratnya dengan membebaskan budak. Al mujadalah :3.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:72.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l7 level1 lfo5"><span style="font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family: Wingdings;mso-bidi-font-family:Wingdings"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Berhubungan dengan istri di siang hari ketika ramadhan, kaffartnya membesakan budak.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:39.8pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo8"><i><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i><span style="'font-size:">Memerdekakan karena <i>mukatabah</i></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Memerdekakan karena keinginan budak sendiri, dengan cara membayar imbalan yang telah disepakati oleh tuan dan budak secara berangsur. Allah berfirman,” …<i>dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang di karuniakan-Nya kepadamu...”.<a style="mso-footnote-id:ftn14" href="#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">[14]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo8"><i><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">4.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i><span style="'font-size:">Memerdekakan budak atas tanggungan daulah/Negara</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Ini termasuk sarana optimal dalam memerdekakan budak, karena negara yang turun langsung dan menghandle dalam memerdekakan budak. Islam telah menetapakan bagi negara dana khusus yang diambil dari dana zakat, dana ini disebut dalam Al Quran dengan dana “<i>wafi rriqabi</i>”. Allah swt berfirman, ”<i>Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang<span style="mso-spacerun:yes"> </span>fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hambasahaya, untuk membebaskan orang-orang berutang, untuk jalan Alllah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai</i> <i>kewajiban dari Allah. Dan Allah maha mengetahui</i>, <i>maha bijaksana</i>”.<a style="mso-footnote-id: ftn15" href="#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[15]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Sejarah mencatat di zaman khulafaurrasydin, mereka lah (pemerintah) yang langsung mendatangi pasar-pasar yang disana banyak budak yang diperjualbelikan, kemudian mereka membeli para budak tersebut dan membebaskannya.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Dalam suatu kesempatan Yahya bin Sa’id berkata, “Aku diutus oleh Umar bin Abdul Aziz untuk memberi sedekah kepada orang-orang di afrika, kemudian aku mengumpulkannya<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dan mencari fuqara’, tetapi aku tidak mendapatkan seorang orang fakir dan orang yang berhak mendapatkan sedekah ini, karena Umar bin Abdul Aziz telah mencukupkan mereka, maka saya membeli sejumlah budak dan memerdekakannya”.<a style="mso-footnote-id:ftn16" href="#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">[16]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo8"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">5.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:">Memerdekakan karena<span style="mso-spacerun:yes"> </span>“<i>ummu walad”</i>.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Ini juga wasilah dalam membebaskan budak. Ketika seorang perempuan menjadi budak seorang muslim, maka seorang muslim boleh memperlakukan budaknya sama seperti ia memperlakukan seperti isterinya. Jika mereka memperoleh anak dari hubungan mereka, maka dalam syariat hal ini<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dianggap sebagai “<i>ummu walad</i>”.Dan majikan tersebut haram menjual budaknya kepada orang lain. Kemudian jika sang majikan ini meninggal dan budaknya belum dimerdekakan, maka secara otomatis budak tersebut menjadi merdeka.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Inilah salah satu perbedaan yang mendasar antara sistem perbudakan dalam islam dari sistem-sistem yang lain. Dimana para budak wanita hanya dijadikan pelayan dan pemuas nafsu bagi majikannya, hak-haknya dirampas. Mereka dihinakan, dan diperlakukan seperti hewan. Dengan seenaknya mereka menukar dan memberikan budak mereka pada orang lain. Tapi dalam Islam, hal ini tidak kita temukan dan tidak akan pernah kita temukan. Islam sangat menjaga dan menghormati para perempuan, walaupun status mereka adalah budak. Bagi budak perempuan, pintu-pintu menuju kebebasan sangat terang. Yaitu dengan jalan <i>mukatabah</i>, dan mereka akan bebas secara otomatis ketika majikannya telah meninggal dunia.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo8"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">6.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:">Memerdekakan karena berbuat zalim</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Sebagian fuqaha’ semisal hanabilah, memasukkan kategori ini, dalam wasilah memerdekakan budak. Sebagaimana Islam sangat menekankan sikap yang lemah lembut kepada para budak. Agar mereka bisa merasakan keberadaan dan status mereka sebagai manusia.</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:54.0pt;mso-add-space: auto;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Begitu juga rasulullah saw, sangat membenci bagi siapa saja yang berlaku<span style="mso-spacerun:yes"> </span>kasar dan berbuat semena-mena terhadap budaknya. Suatu ketika rasulullah saw, melihat Ibn Mas’ud memukuli budaknya, kemudian rasulullah bersabda, ”<i>Ketahuilah Ibn Mas’ud, Allah swt, telah menguasakan <span style="mso-spacerun:yes"> </span>budak ini kepadamu</i>”. Dalam hadis lain nabi bersabda,” <i>Barang siapa memukul budaknya, bukan karena kesalahan yang ia lakukan, maka kaffaratnya<span style="mso-spacerun:yes"> </span>adalah dengan memerdekannya</i>”.(HR. Muslim).</span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Penutup.</span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left:0cm;mso-add-space:auto; text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;font-family:">Demikianlah sekilas pembahasan tentang perbudakan dalam Islam. Sebuah sistem perbudakan yang sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dan kemanusiaan.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Islam telah menunjukkan akan kesamaan derajat manusia, tanpa harus membagi-bagi antara kaya dan simiskin antara tua dan muda antara orang merdeka dan budak, karena yang paling mulia disi Allah adalah orang yang bertakwa. </span></p> <div style="mso-element:footnote-list"><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <div style="mso-element:footnote" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-top:0cm;margin-right:7.2pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;">[1]</span></span></span></span></a> Syekh Abd. Aziz jawisy, Al islamu dinul fitrah wal<span style="mso-spacerun:yes"> </span>hurriyah, darul maarif .hal 88 <span style="mso-spacerun:yes"> </span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-top:6.0pt;margin-right:7.2pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;">[2]</span></span></span></span></a>Abdullah nashih U’lwan, Nidzamurriq fil islam, Dar el-salam. Hal 13</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[3]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Ibid, U’lwan hal 11-12</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[4]</span></span></span></span></a> Foot note Manahilul irfan, sanggahan Syekh Muhammad Abd. Adzim Azzarqani, oleh Hani Al haj hal 341 jilid 2</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[5]</span></span></span></span></a> U’lwan, Op. cit hal. 23</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[6]</span></span></span></span></a> QS. Al hujurat : 13</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[7]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Memotong disini maksudnya, memotong sebagian anggota badan, semisal memotong tangan, hidung, telinga.</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn8"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn8" href="#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[8]</span></span></span></span></a> QS. Al Mu’min : 40</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn9"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[9]</span></span></span></span></a> Fiqih sunnah, sayyyd sabiq dar el fath lil I’lam arabiy, jilid 3 hal 430 </p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn10"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn10" href="#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[10]</span></span></span></span></a> Annisa 36</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn11"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn11" href="#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[11]</span></span></span></span></a> U’lwan, op. cit,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>37</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn12"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn12" href="#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[12]</span></span></span></span></a> QS. Al balad 11-13</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn13"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn13" href="#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[13]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Zihar yaitu mengatakan pada istrinya, kalau punggung istrinya sama dengan punggung ibunya.</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn14"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn14" href="#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[14]</span></span></span></span></a> QS. Annur : 33</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn15"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn15" href="#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[15]</span></span></span></span></a> QS.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>At taubah : 60</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn16"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn16" href="#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[16]</span></span></span></span></a> U’lwan Ibid, hal 60</p> <p class="MsoFootnoteText"><o:p> </o:p></p> </div> </div>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-10738007317715937962009-12-12T10:32:00.000-08:002009-12-12T10:34:43.411-08:00Nasakh dan Mansukh Dalam Al Quran<p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b><span style="'font-family:">Pendahuluan</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:0cm;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:">Allah Swt. berfirman, ”<i>Seandainya Al Quran ini datangnya bukan dari Allah, niscaya mereka akan menemukan didalam (kandungannya) ikhtilaf (kontradiksi) yang banyak</i>”.<a style="mso-footnote-id: ftn1" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;font-family:">[1]</span></span></span></span></a> Dari dalil diatas menginformasikan kepada kita akan keotentikan Al Quran, dan terpeliharanya dari segala bentuk perubahan, pergantian, pengurangan dan pertentangan. Hal inilah yang menjadi salah satu pembeda antara<span style="mso-spacerun:yes"> </span>kitab-kitab yang lain dengan Al Quran.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:">Al Quran sebagai salah satu mukjizat terbesar bagi nabi, didalamnya begitu banyak mutiara yang senantiasa memancarkan cahanya, siapa saja yang membacanya akan medapatkan ketenangan pada dirinya. Bahkan nilai kandungan dalam Al Quran bagaikan samudera tanpa tepi, maka ketika kita membacanya pertama kali, kita akan medapatkan makna-makna yang berbeda ketika kita membaca kedua kalinya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:">Sebelum masuk pada pembahasan, perlu digaris bawahi bahwa ulama telah bersepakat tentang tidak adanya kontradiksi dalam kandungan ayat-ayat <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Al Quran, adapun ayat-ayat yang sepintas lalu dinilai memiliki gejala kontradiksi, mereka (para ulama) telah mengkompromikannya. Dan jalur pengkompromian ini terbagi menjadi dua, disatu pihak tanpa menyatakan adanya ayat yang telah dibatalkan, dihapus atau tidak berlaku lagi, dan dipihak lain ada juga yang menyatakan bahwa ayat yang turun kemudian telah membatalkan kandungan ayat sebelumnya, akibat perubahan kondisi sosial.<a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:12.0pt;font-family:">[2]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:6.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:">Sebagai seorang Azhari sudah seharusnya bagi kita mempelajari dan mengetahui perangkat-perangkat Al Quran yang<span style="mso-spacerun:yes"> </span>akan memudahkan kita dalam memahami dan mengistinbath suatu hukum dalam Al Quran. Sehingga nantinya tidak menjadi persoalan ketika berhadapan dengan ayat yang sepintas terjadi kontradisi. Pada makalah yang singkat ini penulis akan menyampaikan salah satu perangkat yang akan memudahkan kita dalam memahami dengan baik maksud dari informasi yang disampaikan Allah dalam Al Quran, yaitu <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>. Dalam makalah ini penulis akan memaparkan defenisi <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>, urgensi memahaminya, historisnya,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>jenis, pembagian dan sebagainya yang mempunyai kaitan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dengan pembahasan ini. Penulis sangat memahami kekurangan dan keterbatasan pada makalah ini, yang masih jauh dari kesempurnaan, olehnya penulis sangat berharap masukan dan kritikan dari peserta diskusi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <h4 style="margin-top:12.0pt;margin-right:14.4pt;margin-bottom:3.0pt; margin-left:21.6pt;text-align:justify"><span style="'font-size:12.0pt;">A. Defenisi <i>Nasakh</i> dan <i>Mansukh</i></span></h4> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:center 31.5pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Secara etimologi <i>nasakh</i> bisa diartikan menghilangkan, misalnya, </span><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;font-family:">نسخت السمش الظل</span><span lang="AR-SA" style="'font-size:11.0pt;font-family:"> </span><span style="'font-size:11.0pt;">artinya, ”Cahaya matahari menghilangkan bayang-bayangnya”. Yaitu menghilangkannya.<a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[3]</span></span></span></span></a> <i>Nasakh</i> juga bermakna <i>tabdiil </i>( mengganti), sebagaimana Allah berfirman, “ <i>Dan apabila kami mengganti suatu ayat dengan ayat lain</i>”.<a style="mso-footnote-id: ftn4" href="#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[4]</span></span></span></span></a> kadang bermakna <i>tahwil</i> (memindahkan) seperti harta warisan, yaitu memindahkan harta warisan dari sifulan kefulan. dan <i>nasakh</i> juga bermakna <i>an naqlu </i>(menukilkan) </span><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:">نقل الشىء من مو ضع الى مو ضع</span><span lang="AR-SA" style="'font-size:11.0pt;font-family:"> </span><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span></span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">”menukilkan sesuatu dari tempat ketempat yang lain”.<a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[5]</span></span></span></span></a> Defenisi ini juga merujuk pada surat Al Jaasiah</span><span style="'font-size:"> yang artinya, ”<i>Sesungguhnya kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[6]</span></span></span></span></a> Maksudnya adalah menyalinnya ke dalam mushaf.<a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[7]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: 36.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Adapun <i>nasakh</i> menurut terminologi, mempunyai pengertian yang berbeda-beda, diantaranya adalah :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:54.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo1"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">a.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Mengangkat atau menggantikan hukum syar’i dengan dalil syar’i.<a style="mso-footnote-id:ftn8" href="#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[8]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:54.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo1"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">b.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Ibnu Katsir juga menuturkan, “<i>Nasakh</i> adalah menghilangkan suatu hukum dengan dalil syar’i yang selanjutnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:54.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo1"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">c.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ibnu Hajib mengatakan, ”<i>Nasakh</i> adalah mengangkat hukum syar’i dengan jalan syar’i yang selanjutnya”.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:54.0pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l5 level1 lfo1"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">d.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Menurut Al Farra, “<i>Nasakh</i> menggunakan sebuah ayat, kemudian datang ayat selanjutnya, maka yang digunakan adalah yang kedua dan meninggalkan yang pertama.<a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[9]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:54.0pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Adapun <i>mansukh</i> secara etimologi dapat diartikan dengan yang dihapus, dinukil, disalin. Selain itu ada juga yang mengartikan dengan <span style="mso-spacerun:yes"> </span><span lang="AR-SA" dir="RTL">المرتفع الحكم <a style="mso-footnote-id:ftn10" href="#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span dir="LTR" style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[10]</span></span></span></span></a></span> yaitu “Hukum yang diangkat”. Sedangkan <i>mansukh</i> secara terminology adalah hukum syara’ yang diambil dari dalil syara’ yang pertama yang belum diubah, dan dibatalkan atau diganti dengan oleh hukum dari dalil syara’ baru yang datang kemudian.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Dari defenisi <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i> diatas, secara eksplisit mensyaratkan beberapa hal.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Pertama</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">, hukum yang di <i>mansukh</i> adalah hukum syara’.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Kedua</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">, dalil yang hukum syara’ juga harus berupa dalil syara’.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ketiga</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">, terdapat ayat yang sepintas lalu memiliki gejala kontradiksi atau pertentangan yang nyata antara dalil pertama dan kedua.<a style="mso-footnote-id:ftn11" href="#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[11]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Urgensi Mengetahui <i>Nasakh</i> dan <i>Mansukh</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Mengetahui dan mempelajari <i>nasakh</i> dan <i>mansukh </i>sangat penting bagi kalangan <i>fukaha</i>, <i>mufassiriin</i>, dan <i>talabul’ilmi</i>, kenapa? Karena tanpa mengetahui <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i> maka akan menimbulkan kerancuan dalam <i>mengistinbath</i> suatu hukum.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Dalam suatu riwayat Ali <i>Karramahullahu wajhahu</i>, melewati seorang <i>Qaadhi </i>(hakim), dan berkata, ”Apakah kamu mengetahui <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>? Orang itu menjawab,”tidak”. Maka Ali berkata, “Celakalah kamu dan mencelakakan orang lain”. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ibnu Abbas juga pernah berkata tentang urgensi mempelajari <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i> ini. Beliau menafsirkan pada perkataan Allah.<span lang="AR-SA" dir="RTL">ومن يؤت الحكمة فقد أوتى خيرا كثيرا</span><span style="mso-spacerun:yes"> </span>ialah <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>, <i>muhkam</i> dan <i>mutasyabih</i>, <i>muqaddam </i>dan <i>muakhhar</i>, haram dan halal.<a style="mso-footnote-id:ftn12" href="#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[12]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Histori <i>Nasakh</i> dan <i>Mansukh</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"> dan <i>mansukh</i> hanya terjadi ketika nabi Muhammad saw masih hidup, karena <i>nasakh</i> tidak terjadi kecuali dengan jalan syariah, dan suatu syariah tidak akan diketahui kecuali dengan wahyu, sedangkan wahyu hanya ada ketika Rasulullah masih hidup, adapun setelah beliau wafat, maka tidak ada lagi <i>nasakh </i>pada suatu hukum.<a style="mso-footnote-id: ftn13" href="#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[13]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><span style="mso-tab-count:1"> </span></span></b><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Oleh karena itu, seluruh hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh nabi, telah tetap dan tidak bias diganti-ganti lagi dengan tambahan dengan hukum-hukum yang lain. Allah berfirman, ”<i>Pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucupkan nikmatKu bagimu, dan telah kuridhai islam sebagai agamamu”.<a style="mso-footnote-id:ftn14" href="#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[14]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-tab-count:1"> </span>Dan menjadi kewajiban bagi kita umat islam untuk mengikuti hukum-hukum yang telah dibawa oleh Rasulullah saw, karena nabi adalah pengemban risalah, penutup para nabi, dan tidak ada nabi setelahnya. Sebagaimana firman Allah, ”<i>Muhammad itu bukan bapak dari seseorang diantara kamu, tapi ia adalah utusan Allah, penutup para nabi dan Alah maha mengetahui segala sesuatu”</i>.<a style="mso-footnote-id:ftn15" href="#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[15]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Cara mengetahui <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><i><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Jika terdapat pada syariat dua <i>nash</i> yang kelihatannya bertentangan, maka bisa dilihat dari konsep <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>, yaitu <i>nash</i> yang pertama adalah <i>mansukh</i><span style="mso-spacerun:yes"> </span>dan <i>nash</i> yang terakhir adalah <i>nasikh</i>, jadi tidak terjadi lagi pertentangan kedua <i>nash</i> tersebut.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: 14.4pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Setelah kita mengetahui defenisi <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>, kini timbul pertanyaan, bagaimana cara mengetahui <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>? Manna’ khalil kattan dalam kitabnya <i>mabahis fi ‘ulumil Quran</i> menerangkan, untuk mengetahui <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i> bisa dilakukan dengan cara:</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:39.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l4 level1 lfo5"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">a.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ada keterangan tegas dari nabi atau sahabat, seperti perkataan nabi, ”Ayat ini di<i>nasakh</i> dengan ayat ini”. atau seperti hadits nabi,</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;font-family:">كنت نهيتكم عن زيا رة القبور ألا فزورها </span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>(HR.al hakim)</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Hadits tersebut <i>menasakh</i> hadits sebelumnya yang menyatakan rasul melarang untuk ziarah kubur.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">b. Terdapat kesepakatan umat antara ayat yang di <i>nasakh</i> dan ayat yang di <i>mansukh</i>, seperti <i>nasakh</i> puasa <i>asyura</i> dengan puasa ramadhan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">c. Mengetahui dari salah satu <i>nash</i>, mana yang pertama dan mana yang kedua ditinjau dari sejarah.<a style="mso-footnote-id:ftn16" href="#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[16]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Dr. Wahbah Zuhaili juga menambahkan, untuk mengetahui <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i> bisa dengan cara penukilan <i>rawi </i>dari sahabat, bahwa diantara satu dari dua hukum, ini yang dahulu dan hukum ini yang belakangan, sehingga tidak terjadi ijtihad didalamnya. Misalnya ayat ini turun setelah ayat ini, atau hadits ini, <span style="mso-spacerun:yes"> </span>turun pada perang badar dan hadits yang lain turun pada perang uhud.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Jenis-jenis <i>Nasakh </i>dan <i>Mansukh</i> Dalam Al Quran</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"> di dalam Al Quran terbagi menjadi tiga bagian, yaitu <i>nasakh tilawah </i>beserta hukumnya, <i>nasakh</i> hukum tanpa <i>tilawah,</i>dan <i><span style="mso-spacerun:yes"> </span>nasakh tilawah</i> tanpa hukum.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">1.<i>nasakh</i> hukum dan <i>tilawah</i> (bacaan). </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Artinya keberadaan dan jenis hukumnya telah dihapus, sehingga kita tidak dapat jumpai lagi dalam Al Quran. Jenis <i>nasakh</i> seperti ini menjadi perdebatan antar ulama, sebab apakah mungkin hal ini terjadi. Namun demikian pada literatur yang ada, pada dasarnya <i>nasakh</i> ini merujuk pada pada hadits riwayat muslim yang menyatakan bahwa, </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:">( كا ن فيما أنزل : عشررضعات معلومات يحرمن, فنسخن بخمس معلومات , فتوفى رسول لله و هن مما يقرأ من القرأن <span style="mso-spacerun:yes"> </span>) </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Menurut Qadi Abu Bakar, <i>nasakh</i> yang seperti ini tidak dapat diterima,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>sebab keberadaan <i>nasakh</i> ini di tentukan dengan <i>khabar ahad</i>, dan <i>khabar</i> <i>ahad </i>mengandung <i>dzanni.</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">2. <i>nasakh </i>hukum tanpa <i>tilawah</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Di dalam Al Quran terdapat banyak contoh-contoh seperti ini. Misalnya tentang ayat untuk mendahulukan terlebih dahulu bersedekah, sebelum mengadakan obrolan khusus dengan nabi. Allah berfirman yang artinya, ”<i style="mso-bidi-font-style:normal">Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum melakukan pembicaraan itu”.<a style="mso-footnote-id:ftn17" href="#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[17]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ayat ini di <i>nasakh</i> oleh ayat lain, Allah berfirman, ”<i style="mso-bidi-font-style:normal">Apakah kamu takut akan (menjadi miskin), karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan) pembicaraan dengan rasul? Tetapi jika kamu tidak melakukannya, dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakaat, serta taatlah kepada Allah dan Rasulnya”.<a style="mso-footnote-id:ftn18" href="#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[18]</span></b></span></span></span></a><span style="mso-tab-count:1"> </span></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Dapat dilihat bahwa hukum ayat pertama di <i>nasakh </i>dengan hukum ayat kedua, sedangkan tilawahnya tetap. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">3.<i>menasakh</i> tilawah tanpa hukum</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab dan Ubay bin Ka’ab, keduanya berkata</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;font-family:">الشيخ ولشيخة ا ز نيا فا رجمو هما أ لبتة</span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">. Adapun ayat ini tidak akan ditemukan didalam mushaf, maupun para lisan Al <i>qurra’</i>, karena hukumnya tetap, tapi yang ter<i>nasakh</i> hanya tilawahnya.<a style="mso-footnote-id:ftn19" href="#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[19]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;tab-stops:864.0pt"><span style="'font-family:"><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1031" /><span style="mso-spacerun:yes"> </span><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1032" /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Pembagian <i>nasakh</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"> terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Pertama</span></b><span style="'font-size:11.0pt;">, <i>nasakh</i> Al Quran dengan Al Quran. Jumhur sepakat <i>nasakh</i> Al Quran dengan Al Quran<span style="mso-spacerun:yes"> </span><i>jaaiz </i>(boleh), namun dikalangan ulama ada juga yang tidak membolehkan <i>nasakh</i> Al Quran dengan Al Quran, seperti Abu Muslim Al Isfahani.<a style="mso-footnote-id:ftn20" href="#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[20]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Kedua</span></b><span style="'font-size:11.0pt;">, <i>nasakh</i> Al Quran dengan sunnah, dan ini ada 2 macam :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo2"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">a.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-size:">Nasakh </span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Al Quran dengan hadits ahad, jumhur tidak membolehkan hal ini, karena Al Quran mutawatir, dan hadits ahad mengandung <i>dzanni.</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l3 level1 lfo2"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">b.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-size:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"> Al Quran dengan sunnah mutawatir, hal ini dibolehkan oleh sebagian ulama seperti Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad, karena Al Quran dan sunnah mutawatir sama-sama wahyu. Sebagaimana Allah berfirman, “<i>Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut keinginannya. Tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan</i>”.<a style="mso-footnote-id: ftn21" href="#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[21]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ketiga</span></b><span style="'font-size:11.0pt;">, <i>nasakh</i> sunnah dengan Al Quran. Jumhur membolehkan hal ini, misalnya menghadap kearah baitul maqdis adalah sunnah dari nabi, dan bukan dari Al Quran, kemudian datang Al Quran <i>menasakh</i> hadits ini. Allah berfirman, “<i>maka</i> <i style="mso-bidi-font-style:normal">hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn22" href="#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[22]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Keempat</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">, <i>nasakh</i> sunnah dengan sunnah. <i>Nasakh</i> sunnah dengan sunnah terbagi menjadi 4 bagian,</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">a.<i>nasakh</i> mutawatir dengan mutawatir,</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">b.<i>nasakh</i> ahad dengan ahad</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">c.<i>nasakh</i> ahad dengan mutawatir</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">d.<i>nasakh</i> mutawatir dengan ahad</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">tiga bagian yang pertama dibolehkan, adapun yang keempat terdapat <i>khilaf</i>, tetapi jumhur tidak membolehkan hal ini.<a style="mso-footnote-id:ftn23" href="#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[23]</span></span></span></span></a> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Beberapa Pandangan Terhadap <i>Nasakh</i> dan <i>Mansukh</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">untuk permasalahan ini, ada dua pendapat, ada yang membolehkan dan yang tidak membolehkan. Pertama-tama kita akan melihat pandangan non muslim, dan pendapat <span style="mso-spacerun:yes"> </span>muslimin.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Pertama</span></b><span style="'font-size:11.0pt;">, <i><span style="mso-bidi-font-weight: bold">nasakh</span></i><span style="mso-bidi-font-weight:bold"> menurut yahudi dan nasrani</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Orang-orang Yahudi dan Nasrani,mereka mengingkari adanya <i>nasakh</i> secara akal, mereka berpandangan syariat tidak akan menghapus syariat, hukum syariat tidak akan dihapus dengan hukum syariat setelahnya. Orang-orang Yahudi beranggapan, bahwa nabi Musa berkata </span><span lang="AR-SA" dir="RTL" style="'font-size:11.0pt;">ان شريعة لا تنسخ</span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">, akan tetapi hal ini sangat tidak sesuai yang terjadi dilapangan.<a style="mso-footnote-id:ftn24" href="#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[24]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">kedua <i>Nasakh</i> dalam pandangan islam</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ulama bersepakat atas bolehnya <i>nasakh</i> secara syariat, dan <i>jaiz</i> secara akal, dalilnya adalah: </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Dalil<span style="mso-spacerun:yes"> </span>jumhur, bahwa bolehnya <i>nasakh</i> secara akal dengan dalil akal dan naqli :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:39.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo6"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>Secara akal, yaitu hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi atau tidak mustahil bagi Allah, karena hukum-hukum Allah tidak mengandung <i>mudharat</i> bagi hamba-hambaNya, bahkan mengandung mashlahat. Dan <i>syaari’(pembuat syariat)</i> adalah Allah, dan <i>naskh </i>adalah perbuatan Allah, Allah mengerjakan apa yang dikehendakiNya.<a style="mso-footnote-id: ftn25" href="#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[25]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:39.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo6"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span>adapun dalil <i>naqli</i>. Allah berfirman, “<i>Ayat yang kami batalkan atau kami hilangkan dari ingatan, pasti kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannnya, tidakkah kamu tahu bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn26" href="#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[26]</span></span></span></span></a> Ayat ini menunjukkan bolehnya <i>nasakh</i> secara syariat<a style="mso-footnote-id: ftn27" href="#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[27]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:39.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l1 level1 lfo6"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-size:">dalil yang membolehkan adanya <i>nasakh</i> dalam Al Quran ditinjau dari segi realita.</span><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"> Jumhur berlandaskan atas bolehnya <i>nasakh</i> dalam Al Quran, dengan dalil :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">1.Ijma’ sahabat dan para <i>salafussalih, </i>bahwa<i> </i>syariat yang dibawa oleh nabi Muhammad saw<i>, menasakh</i> seluruh syariat-syariat sebelumnya, selain usul aqidah dan akhlak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">2.ijma’ para ulama akan ter<i>nasakh</i>nya menghadap <i>kebaitul maqdis</i> menuju arah ka’bah, dan <i>ternasakhnya</i> wasiat untuk orang tua dan karib kerabat dengan turunnya ayat tentang mawaris, <i>ternasakhnya</i> puasa <i>asyura</i> dengan puasa ramadhan, <i>ternasakhnya</i> kewajiban mendahulukan sedekah pada orang miskin sebelum melakukan pembicaraan dengan nabi dengan ampunan dan perintah untuk melakukan salat dan menunaikan zakat, Dan sebagainya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Manna Kattan juga menambahkan dalam kitabnya akan bolehnya <i>nasakh</i> secara akal dan syariat, dengan hujjah bahwa perbuatan Allah tidak mengandung cacat atau aib, bahwa Allah memerintahkan pada suatu waktu dan di waktu lain melarangnya, dan Allah yang lebih mengetahui mashlahat hambaNya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><i><span style="'font-family:">Nasakh badal </span></i></b><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">(pengganti) dan <i>gairu badal </i>(tidak berpengganti)</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"> ada yang <i>badal </i>dan ada yang<i> gairu badal</i>. <i>Nasakh</i> yang <i>badal</i>, terbagi menjadi 3, <i>nasakh</i> dengan <i>badal akhof </i>(pengganti yang lebih ringan), <i>nasakh mumatsil </i>(pengganti serupa), dan ada <i>badal atsqal </i>(pengganti yang lebih berat).</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l2 level1 lfo3"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">1.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-size:">Nasakh gairu badal</span></i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">, seperti <i>nasakh</i> bersedekah ketika hendak melakukan pembicaraan dengan nabi, bisa dilihat pada firman Allah, “ <i>Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan rasul, hendaklah kamu mengeluarkansedekah (kepada orang miskin), sebelum melakukan pembicaraan itu</i>.”<a style="mso-footnote-id: ftn28" href="#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[28]</span></span></span></span></a> Ayat ini <i>dinasakh</i> dengan ayat selanjutnya. Allah berfirman, “<i>Apakah kamu takut akan (menjadi miskin), karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan) pembicaaraan kepada Rasul ?</i></span><i><span style="'font-size:11.0pt;"> Tetapi jika<span style="mso-spacerun:yes"> </span>kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu maka laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasulnya</span></i><span style="'font-size:11.0pt;">”<a style="mso-footnote-id:ftn29" href="#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[29]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Sebagian dari golongan Muktazilah dan Adzahiriah mengingkari hal ini, mereka mengatakan “<i>nasakh</i> tanpa <i>badal</i> tidak boleh secara syar’i, Karena Allah berfirman, “<i>Ayat yang kami batalkan atau yang kami hilangkan dari ingatan, pasti kami ganti yang lebih baik atau yang sebanding dengannya</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn30" href="#_ftn30" name="_ftnref30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[30]</span></span></span></span></a> Dimana ayat yang di <i>mansukh</i> harus digantikan dengan hukum lain, yang lebih baik atau semisalnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Merespon pernyataan ini, Manna Kattan menuturkan bahwa, jika Allah <i>menasakh</i><span style="mso-spacerun:yes"> </span>hukum suatu ayat tanpa <i>badal</i>, maka hal ini mengisyaratkan akan banyaknya hikmah yang terkandung didalamnya, dan terkandung maslahat bagi hamba-hambaNya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l2 level1 lfo3"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><span style="mso-list:Ignore">2.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span></i><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;"> pada <i>badal</i> yang ringan. Misalnya pada firman Allah, “<i>wahai orang-orang yang beriman , telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah<span style="mso-spacerun:yes"> </span>diwajibkan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn31" href="#_ftn31" name="_ftnref31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[31]</span></span></span></span></a> Ayat ini<span style="mso-spacerun:yes"> </span>menunjukkan, bahwa larangan bagi umat yang dahulu untuk makan, minum dan jima’, sehingga turunlah ayat,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>“<i>Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu”.<a style="mso-footnote-id:ftn32" href="#_ftn32" name="_ftnref32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[32]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l2 level1 lfo3"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">3.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;"> pada <i>badal</i> yang serupa. Seperti <i>nasakh</i> menghadap kearah <i>baitul maqdis</i>, kearah ka’bah mukarramah, sebagaimana firman Allah, ”<i>Maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn33" href="#_ftn33" name="_ftnref33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[33]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto;text-align: justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify;text-indent: -18.0pt;mso-list:l2 level1 lfo3"><span style="'font-size:"><span style="mso-list:Ignore">4.<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Nasakh</span></i><span style="'font-size:11.0pt;"> pada <i>badal </i>yang berat. Seperti firman Allah, ”<i>Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji<a style="mso-footnote-id:ftn34" href="#_ftn34" name="_ftnref34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[34]</span></b></span></span></span></a> diantara perempuan-perempuan kamu, hendaklah diantara mereka ada 4 orang saksi diantara kamu yang (menyaksikan). Apabila mereka telah memberi kesaksian, maka kurunglah mereka (perempuan itu), dalam rumah sampai mereka menemui ajalny</i>a”.<a style="mso-footnote-id:ftn35" href="#_ftn35" name="_ftnref35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[35]</span></span></span></span></a> Ayat ini di <i>nasakh </i>pada firman Allah, ”Pezina perempuan dan pezina laki-laki, derahlahdari masing-masing keduanya 100 kali, dan janganlah rasa belas kasihan pada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum Allah), jika kamu beriman pada Allah dan hari kemudian, dan hendaklah (pelaksaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman”.<a style="mso-footnote-id:ftn36" href="#_ftn36" name="_ftnref36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[36]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;mso-add-space:auto;text-align: justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Contoh2 <i>nasakh</i> dalam Al Quran </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Imam As Suyuthi dalam kitanya <i>Al itqan fi ‘ulumil quran</i>, memaparkan dua puluh satu ayat yang didalamnya terdapat <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>, dibawah ini adalah beberapa contoh ayat, yang didalamnya terdapat <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i>.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">1.Allah Swt berfirman,”<i>Dan milik Allah timur dan barat, kemanapun kamu menghadap disanalah wajah Allah</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn37" href="#_ftn37" name="_ftnref37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[37]</span></span></span></span></a> Ayat ini <i>dinasakh</i> oleh ayat lain.”<i>Maka hadapkanlah wajahmu kearah masjidil haram”.<a style="mso-footnote-id:ftn38" href="#_ftn38" name="_ftnref38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[38]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">2. Allah Swt, berfirman ,”<i>Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang diantara kamu, jika dia meningggalkan harta, berwasiat untuk orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn39" href="#_ftn39" name="_ftnref39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[39]</span></span></span></span></a> Ayat ini <i>dinasakh</i> oleh ayat tentang mawarits, yang terdapat pada suraat annisa ayat 11</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">3.Allah berfirman,”<i>Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram, katakanlah berperang pada bulan itu adalah dosa besa</i>r”.<a style="mso-footnote-id:ftn40" href="#_ftn40" name="_ftnref40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[40]</span></span></span></span></a> Ayat ini <i>dinasakh</i> oleh firman Allah, “<i>Dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya</i>”.<a style="mso-footnote-id: ftn41" href="#_ftn41" name="_ftnref41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[41]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">4.Allah berfirman, ”<i>Dan orang-orang yang akan mati diantara kamu dan meninggalkan isteri-isteri, hendaklah membuat wasiat untuk isteri-isterinya (yaitu) nafkah sampai setahun tanpa mengeluarkannya (dari rumah</i>).<a style="mso-footnote-id:ftn42" href="#_ftn42" name="_ftnref42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[42]</span></span></span></span></a> Ayat ini <i>dinaskah</i> pada ayat, ”<i>Dan orang-orang mati diantara kamu, hendaklah mereka (isteri-isteri) menunggu 4 bulan 10 hari</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn43" href="#_ftn43" name="_ftnref43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[43]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">5.Allah berfirman, “<i>Jika kamu menyatakan apa yang ada dalam hatimu, atau kamu sembunyikan niscaya Allah memperhitungkannya (perbuatan itu). Bagimu</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn44" href="#_ftn44" name="_ftnref44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[44]</span></span></span></span></a> <i>Dinasakh</i> oleh ayat setelahnya, ”<i>Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn45" href="#_ftn45" name="_ftnref45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[45]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">6. Allahberfirman, “<i>Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji, diantara perempuan2-perempuan kamu, hendaklah diantara mereka ada 4 orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Apabila mereka<span style="mso-spacerun:yes"> </span>telah memberikan kesaksian, maka kurunglah mereka (perempuan itu), dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi ( jalan yang lain) kepadanya</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn46" href="#_ftn46" name="_ftnref46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[46]</span></span></span></span></a> Ayat ini di <i>nasakh</i> pada ayat yang terdapat pada surah an nur, ”<i>pezina perempuan dan pezina laki-laki derahlah masing-masing dari keduanya 100 kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn47" href="#_ftn47" name="_ftnref47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[47]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">7.Allah berfirman,” <i>Jika ada 20 orang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan 200 orang musuh”.</i><a style="mso-footnote-id:ftn48" href="#_ftn48" name="_ftnref48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[48]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Ayat ini di <i>nasakh</i> oleh ayat setelahnya,”<i>Sekarang Allah telah meringankan kamu, karena dia mengetahui ada kelemahan diantara kamu, maka jika diantara kamu ada 100 orangsabar niscaya mereka dapat mengalahkann 200 (musuh)</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn49" href="#_ftn49" name="_ftnref49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[49]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">8.Allah berfirman, ”<i>Berangkatlah kamu dengan rasa ringan, maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn50" href="#_ftn50" name="_ftnref50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[50]</span></span></span></span></a> Di <i>nasakh</i> oleh firman Allah, ”<i>Tidak ada dosa (karena tidak pergi berperang), atas orang yang lemah, orang yang sakit, </i>“.<a style="mso-footnote-id: ftn51" href="#_ftn51" name="_ftnref51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">[51]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Hikmah <i>Nasakh </i>dan <i>Mansukh</i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right:14.4pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><i><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Dari uraian <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i> tentunya kita pahami bahwa didalamnya akan sarat dengan hikmah yang sangat penting. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">a.Untuk mashlahat kaum muslimin serta kemudahan dan kebaikan bagi umat.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">b.Sebagai bukti bahwa syariat islam adalah syariat yang terakhir, dan nabi muhammad adalah penutup para nabi.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">c.Cobaan bagi para<i> mukallaf</i> untuk menjalankan yang telah diperintahkan dan menjauhi semua larangan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">d.Membuktikan bahwa syariat islam adalah syariat yang sempurna.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Penutup.</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">Pembahasan <i>nasakh</i> dan <i>mansukh</i> adalah pembahasan yang panjang lebar,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>butuh kajian yang mendalam. Karena didalamnya masih banyak persoalan yang diperdebatkan oleh ulama, misalnya ulama terdahulu dan ulama sekarang terkadang masih terdapat perbedaan dalam mendefenisikan kata <i>nasakh</i>, ada yang mengartikannya sebagai pembatalan <i>nash</i> dan ada juga yang menafikannya. Dari sini penulis, berharap agar kita terus dan terus mengkaji khazanah keilmuan Al Quran, sehingga kita menjadi orang yang betul-betul paham akan kandungan Al Quran, dan mudah-mudahan kita tergolong sebagai <i>ahlul quran</i> .<i>Wallahu A’lam. </i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><i><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-family:">Daftar pustaka</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">1. Al Quran kariim dan terjemahannya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">2.</span> Manna’ Khalil Qattan<i>, Mabahits fi ‘ulumil Quran</i>, Maktabah Wahbah, kairo, cet. 2004.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">3.</span> Muhammad Abdul ‘Adzim Az Zarqani, <i>Manahilul Irfan fi ‘ulumil Quran</i>, Maktabah T<i>aufiqiyya</i>h, jilid 2</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">4.</span> Imam Az Zarkasyi, <i>Al burhan fi ‘ulumil Quran</i>, dar. El hadits. Cet. 2006</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">5.DR. Muhammad Quraish shihab, membumikan Al Quran, Mizan, cet, 2002.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:">6.</span> . Abdul Mutaal Muhammad Al Jabaryi, <i>An Nasikh Wal Mansukh Baynal isbat wa naïf</i>, maktabah Wahbah.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top:0cm;margin-right:14.4pt;margin-bottom: 0cm;margin-left:21.6pt;margin-bottom:.0001pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="text-align:justify"><span style="'font-size:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraph" style="text-align:justify"><span style="'font-size:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-align:justify"><span style="'font-size:11.0pt;font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b style="mso-bidi-font-weight: normal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:"><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1025" /><span style="mso-spacerun:yes"> </span><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1026" /></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:"><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1027" /><span style="mso-spacerun:yes"> </span><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1028" /><span style="mso-spacerun:yes"> </span><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1029" /><span style="mso-spacerun:yes"> </span><img width="32" height="32" src="file:///C:\Users\nasrul\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" shapes="_x0000_i1030" /></span></p> <div style="mso-element:footnote-list"><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <div style="mso-element:footnote" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[1]</span></span></span></span></a>. Q.S. Annisa : 82</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[2]</span></span></span></span></a> .Lihat antara lain Al Fairuzzabadiy dalam <i>Al Qamus Al Muhith</i>, al Halabiy, Mesir, cet. 2 1952, jilid 1, hal. 281. Lihat juga Al-Zarkasyi dalam <i>Al Burhan fi ‘Ulum Al Quran</i>, AlHalabiy, Mesir, 1957, cet. 1, jilid 3,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>hal. 28.</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[3]</span></span></span></span></a> . Manna’ Khalil Qattan<i>, Mabahits fi ‘ulumil Quran</i>, Maktabah Wahbah, kairo, cet. 2004. Hal. 223.</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[4]</span></span></span></span></a> . Q.S. An Nahl : 101</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[5]</span></span></span></span></a>. Imam Az Zarkasyi, <i>Al burhan fi ‘ulumil Quran</i>, dar. El hadits. Cet. 2006. Hal. 347</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[6]</span></span></span></span></a> . Q.S. Al jaasiah : 29</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[7]</span></span></span></span></a> .Imam Az Zarkasyi, Op. Cit, hal. 224</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn8"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn8" href="#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[8]</span></span></span></span></a> . Muhammad Abdul ‘Adzim Az Zarqani, <i>Manahilul Irfan fi ‘ulumil Quran</i>, Maktabah T<i>aufiqiyya</i>h, jilid 2, hal. 163</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn9"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[9]</span></span></span></span></a> . Abdul Mutaal Muhammad Al Jabaryi, <i>An Nasikh Wal Mansukh Baynal isbat wa naïf</i>, maktabah Wahbah. Hal. 18</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn10"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn10" href="#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[10]</span></span></span></span></a> . Manna’ Khalil Qattan, Op. Cit, Hal. 224</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn11"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn11" href="#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[11]</span></span></span></span></a>. Muhammad ‘Abdul Adzim Az Zarqani,Op. Cit, Hal. 166</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn12"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn12" href="#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[12]</span></span></span></span></a>. Manna’ Khalil Kattan. Op. Cit,Hal. 226</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn13"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn13" href="#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[13]</span></span></span></span></a>. DR. Wahbah Zuhaili, <i>Usul fiqh Al islamiy</i>, Dar. Al-Fikr Damsyiq, jilid 2, Hal. 288</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn14"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn14" href="#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[14]</span></span></span></span></a> . Q.S. Al maidah : 3</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn15"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn15" href="#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[15]</span></span></span></span></a>. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Q.S. Al ahzab : 40</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn16"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn16" href="#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[16]</span></span></span></span></a> .Manna’ Khalil Kattan. Op.Cit, Hal. 226</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn17"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn17" href="#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[17]</span></span></span></span></a> . Al mujadilah : 12</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn18"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn18" href="#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[18]</span></span></span></span></a>.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Almujadilah : 13</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn19"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn19" href="#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[19]</span></span></span></span></a> . Muhammad ‘Abdul Adzim Az Zarqani,Op. Cit, Hal 198</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn20"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn20" href="#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[20]</span></span></span></span></a> . DR. Wahbah Zuhaili, Op. Cit, hal. 257</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn21"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn21" href="#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[21]</span></span></span></span></a> . Q.S. An Najm 3 dan 4</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn22"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn22" href="#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[22]</span></span></span></span></a> . Q.S. Al Baqarah : 144</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn23"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn23" href="#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[23]</span></span></span></span></a> . Manna’ Khalil Kattan. Op.Cit, Hal 230</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn24"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn24" href="#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[24]</span></span></span></span></a> .DR. Wahbah Zuhaili, Op. Cit, hal. 240</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn25"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn25" href="#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[25]</span></span></span></span></a>. Ibid 242</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn26"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn26" href="#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[26]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah : 106</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn27"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn27" href="#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[27]</span></span></span></span></a> . DR. Wahbah Zuhaili, Op. Cit, hal. 242</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn28"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn28" href="#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[28]</span></span></span></span></a> .Q.S. Al mujadilah : 12</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn29"> <p class="MsoFootnoteText" style="mso-margin-bottom-alt:auto"><a style="mso-footnote-id:ftn29" href="#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[29]</span></span></span></span></a>. Q.S. Almujadilah: 13</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn30"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn30" href="#_ftnref30" name="_ftn30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[30]</span></span></span></span></a> .albaqarah 106</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn31"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn31" href="#_ftnref31" name="_ftn31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[31]</span></span></span></span></a>.Q.S. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Al baqarah : <span style="mso-spacerun:yes"> </span>183</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn32"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn32" href="#_ftnref32" name="_ftn32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[32]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah :<span style="mso-spacerun:yes"> </span>187</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn33"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn33" href="#_ftnref33" name="_ftn33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[33]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah <span style="mso-spacerun:yes"> </span>: 144</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn34"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn34" href="#_ftnref34" name="_ftn34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[34]</span></span></span></span></a>. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Menurut Sebagian mufassir adalah perbuatan zina, sedang menurut pendapat yang lain, ialah segala pebuatan mesum, seperti : zinaa, homoseks, dan sejenisnya. Menurut pendapat muslim dan mujahid ialah <i>muhasaqah (lesbian) </i></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn35"> <p class="MsoFootnoteText">.<span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[35]</span></span></span></span>. Q.S. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Annisa <span style="mso-spacerun:yes"> </span>: 15</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn36"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn36" href="#_ftnref36" name="_ftn36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[36]</span></span></span></span></a> . Q.S. An nur<span style="mso-spacerun:yes"> </span>: 2</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn37"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn37" href="#_ftnref37" name="_ftn37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[37]</span></span></span></span></a> . Q.S.Al baqarah : 115</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn38"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn38" href="#_ftnref38" name="_ftn38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[38]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah : 144</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn39"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn39" href="#_ftnref39" name="_ftn39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[39]</span></span></span></span></a> . Q.S. Al baqarah : 180</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn40"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn40" href="#_ftnref40" name="_ftn40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[40]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah : 217</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn41"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn41" href="#_ftnref41" name="_ftn41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[41]</span></span></span></span></a>. Q.S. At<span style="mso-spacerun:yes"> </span>taubah : 36</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn42"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn42" href="#_ftnref42" name="_ftn42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[42]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah : 240</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn43"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn43" href="#_ftnref43" name="_ftn43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[43]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah : 234</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn44"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn44" href="#_ftnref44" name="_ftn44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[44]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah : 284</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn45"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn45" href="#_ftnref45" name="_ftn45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[45]</span></span></span></span></a>. Q.S. Al baqarah : 286</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn46"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn46" href="#_ftnref46" name="_ftn46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[46]</span></span></span></span></a>.Q.S. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>An nisa : 15</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn47"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn47" href="#_ftnref47" name="_ftn47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[47]</span></span></span></span></a>. Q.S. An nur : 2</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn48"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn48" href="#_ftnref48" name="_ftn48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[48]</span></span></span></span></a>. Q.S. A lanfal : 25</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn49"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn49" href="#_ftnref49" name="_ftn49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[49]</span></span></span></span></a> . Q.S.Al anfal : 66</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn50"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn50" href="#_ftnref50" name="_ftn50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[50]</span></span></span></span></a>. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Q.S.At taubah : 41</p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn51"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn51" href="#_ftnref51" name="_ftn51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">[51]</span></span></span></span></a>. Q.S. At taubah : 91</p> <p class="MsoFootnoteText"><o:p> </o:p></p> </div> </div>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-13190204540025990372009-12-12T10:31:00.000-08:002009-12-12T10:32:46.130-08:00Metodologi Imam Fakhruddin Ar Razi<p class="MsoNormal"><b><i><span style="'font-family:">Muqaddimah</span></i></b></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Berbicara tentang Al Quran, berarti membahas tentang suatu kitab yang suci nan sakral. Al Quran sebagai <i>rahamat linnas wa rahmatal lil ‘alamiin</i>, menjadikan kitab suci ini sebagai landasan dan <i>huda</i> dalam menapak jejak kehidupan didunia ini.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Dalam Al Quran yang menjadi mukjizat Rasulullah Saw, didalamnya banyak terkandung hikmah <span style="mso-spacerun:yes"> </span>dan interpretasi yang luas, sehingga ketika membaca Al Quran maka kita akan mendapatkan makna-makna yang lain ketika kita membacanya lagi. Inilah yang menjadikan Al Quran terasa nikmat ketika dibaca dan terasa tenang dihati ketika mendengarnya, walaupun yang mendengarnya itu seorang <i>‘Ajami</i> yang tidak paham bahasa Al Quran.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Dalam bermuamalah dengan Quran, terkadang kita mendapatkan ayat-ayat yang sulit untuk dipahami maksudnya. kita memerlukan sebuah perangkat untuk memahami kandungan Al Quran, yang kita kenal dengan istilah tafsir. bahkan sahabat nabi terkadang masih sulit untuk memahami Al Quran. sehingga Ketika para sahabat tidak mengetahui makna atau maksud <span style="mso-spacerun:yes"> </span>suatu<span style="mso-spacerun:yes"> </span>ayat dalam Al Quran, mereka langsung merujuk kepada Rasulullah dan menanyakan hal tersebut.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Sebagai mahasiswa Azhar, tentunya kita tidak pernah luput dalam bersentuhan dengan Al Quran, setidaknya dengan senantiasa membacanya. Namun apakah cukup hanya dengan membacanya saja? tentunya untuk meningkatkan kualitas kita dalam bergaul dengan Al Quran, dan untuk merasakan mukjizat Al Quran lebih dalam, adalah disamping kita membacanya, kita juga membaca dan menelaah tafsir-tafsir sebagai <i>bayan</i> atau yang menjelaskan dari Al Quran itu sendiri. </span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Salah satu jalan yang ditempuh dalam bergelut dalam dunia tafsir, setidaknya dengan mengetahui pengarang dan metodologi yang dipakai dalam menginterpretasi Al Quran. Pada makalah yang singkat ini, penulis mencoba memaparkan salah satu mufassir terkenal, mufassir yang keilmuannya tidak ada yang menandingi pada zamannya, dialah Fakhruddin Ar Razi.</span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Biografi Fakhruddin Ar Razi</span></b></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Nama lengkap beliau Abu Abdillah, Muhammad bin Umar<span style="mso-spacerun:yes"> </span>bin Alhusain bin Alhasan Ali, At Tamimi, Al Bakri At Thabaristani Ar Rozi. beliau di juluki sebagai <i>Fakhruddiin ( </i>kebanggaan islam<i>), </i>dan dikenal dengan nama Ibnu Al khatiib, yang bermadzhabkan Syafi’i. Beliau lahir pada tahun 544 H.<a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[1]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Imam Fakhruddin Ar Razi tidak ada yang menyamai keilmuan pada masanya, ia seorang <i>mutakallim</i> pada zamannya, ia ahli bahasa, ia Imam tafsir dan beliau sangat unggul dalam berbagai disiplin ilmu. Sehingga banyak orang-orang yang datang dari belahan penjuru negeri, untuk meneguk sebagian dari keluasan ilmu beliau. Imam Fakhruddin dalam<span style="mso-spacerun:yes"> </span>memberikan hikmah pelajaran beliau menggunakan bahasa arab dan bahasa asing.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Imam Fakhruddin Ar Razi wafat pada tahun 606 H. Dikatakan beliau meninggal, ketika beliau berselisih pendapat dengan kelompok Al karamiah tentang urusan aqidah, mereka sampai mengkafirkan Fakhruddin Ar Razi, kemudian dengan kelicikan dan tipu muslihat, mereka meracuni Ar Razi, sehingga beliau meninggal dan menghadap pada Rabbi Nya<a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[2]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Karya-karya Imam Fakhruddin Ar Razi</span></b></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Kecerdasan dan keilmuan beliau sangat tinggi, berbagai macam ilmu dipelajari dan dikuasainya, hal itu bisa dibuktikan dengan kitab-kitab karangan beliau, yang terdiri dari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, dan tak heran jika Ibnu Katsir dalam <i>bidayah wan nihayah</i>nya menyebutkan, bahwa karya tulis beliau mencapai sekitar dua ratusan buku. Dan kini karangan-karangan beliau tersebar diseluruh Negara, diantaranya adalah :</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-indent:-18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings;mso-ansi-language:EN-US;mso-bidi-font-style:italic"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">At Tafsir Al Kabiir</span></i><span style="'font-family:"> atau yang kita kenal dengan <i>Mafaatihul Gaib.</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-indent:-18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings;mso-ansi-language:EN-US;mso-bidi-font-style:italic"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Al arba’in fi ushuluddiin</span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-indent:-18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings;mso-ansi-language:EN-US;mso-bidi-font-style:italic"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><span style="'font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span><i>Ahkamul qiyaasi As syar’i</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-indent:-18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings;mso-ansi-language:EN-US;mso-bidi-font-style:italic"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Al mahsul fi ilmi usul fiqh</span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-indent:-18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings;mso-ansi-language:EN-US;mso-bidi-font-style:italic"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Mukhtashar akhlak</span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:36.0pt;text-indent:-18.0pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><span style="font-family:Wingdings;mso-fareast-font-family:Wingdings;mso-bidi-font-family: Wingdings;mso-ansi-language:EN-US"><span style="mso-list:Ignore">Ø<span style="'font:7.0pt"> </span></span></span><i><span style="'font-family:">Al mantiqul kabiir</span></i><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-family:"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[3]</span></span></span></span></span></a></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Dan masih banyak lagi karangan-karangan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>beliau yang penulis tidak bisa sebutkan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>disini.</span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Sekilas tentang <i>Tafsir Kabiir</i></span></b></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Ibnu Qadi Syuhbah mengatakan, “Imam Ar Razi belum menyelesaikan seluruh tafsirnya”. Ajalnya menjemputnya sebelum ia menyelesaikan <i>tafsir Al Kabiir</i>. Ibnu Khulakan dalam kitabnya <i>wafiyatul a’yan </i>nya juga berkata demikian. Jadi siapa yang menyempurnakan dan menyelesaikan tafsir ini? dan sampai dimana beliau mengerjakan tafsirnya?<a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[4]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Ibnu hajar Al ‘Asqalani menyatakan pada kitabnya ,” Yang menyempurnakan tafsir Ar Razi adalah Ahmad bin Muhammad bin Abi Al Hazm Makky Najamuddin Al Makhzumi Al Qammuli, wafat pada tahun 727 H, beliau orang mesir.<a style="mso-footnote-id: ftn5" href="#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[5]</span></span></span></span></a> Dan penulis <i>kasyfu Ad dzunuun</i> juga menuturkan,” Yang merampungkan tafsir Ar Razi adalah Najamuddin Ahmad bin Muhammad Al Qamuli, dan beliau wafat <span style="mso-spacerun:yes"> </span>tahun 727 H. Qadi Al Qudat Syahabuddin bin Khalil Al Khuway Ad Dimasyqy, juga menyempurnakan apa yang belum terselesaikan, beliau wafat tahun 639 H.<a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:">[6]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Kemudian, sampai dimana Ar Razi terhenti dalam menulis tafsirnya? DR. Muhammad Husain Ad Zahabi menjelaskan pada kitabnya <i>tafsir al mufassiruun</i>,” Imam Fakhruddin telah menulis tafsirnya sampai surah Al Anbiya, setelah itu datang Syahabuddin Al Khuway melanjutkan tafsir ini, namun beliau belum menyelesaikan seluruhnya, kemudian datang Najamuddin Al Qamuli menyempurnakan tafsir Ar Razi. Ad Zahabi juga mengatakan bisa jadi yang menyelesaikan tafsir Ar Razi sampai akhir adalah Al Khuway.</span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">Metodologi tafsir Ar Razi</span></b></p> <ol style="margin-top:0cm" start="1" type="a"> <li class="MsoNormal" style="mso-list:l1 level1 lfo2"><span style="'font-family:">Perhatiannya dengan menjelaskan <i>munasabah</i> antar surah<span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></li> </ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt"><span style="'font-family:">Dr. Ad Zahabi menjelaskan, bahwa Ar Razi sangat mementingkan <i>munasabah</i> antar ayat dengan ayat lain, dan surah dengan surah yang lain, bahkan Ar Razi tidak hanya menyebutkan satu <i>munasabah</i> saja, tapi menyebutkan banyak <i>munasabah.</i></span></p> <ol style="margin-top:0cm" start="2" type="a"> <li class="MsoNormal" style="mso-list:l1 level1 lfo2"><span style="'font-family:">Perhatian Ar Razi pada ilmu <i>riyadhiyah</i>, dan fisafat.</span></li> </ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt"><span style="'font-family:">Ar Razi dalam tafsirnya sangat memperhatikan terhadap ilmu <i>riyadhiyah</i>( ilmu pasti), filsafat dan lain sebagainya. Beliau juga memaparkan argumen-argumen filsafat kemudian membantahnya dengan argumen yang lebih kuat. Walaupun beliau membantah dengan menggunakan dalil akal, namun tetap sejalan dengan keyakinan ahlusunnah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt"><span style="'font-family:">Penulis <i>kasyfu ad zunuun</i> mengatakan,” Didalam tafsir Ar Razi terdapat begitu banyak perkataan-perkataan <i>mutakallimiin</i> dan filosof. Ia keluar dari permasalahan kepermasalahan yang lain, sehinggga membuat pembaca mengagumi tafsir beliau”.</span></p> <ol style="margin-top:0cm" start="3" type="a"> <li class="MsoNormal" style="mso-list:l1 level1 lfo2"><span style="'font-family:">Sikap beliau terhadap<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Muktazilah</span></li> </ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt"><span style="'font-family:">Ar Razi, beliau sangat serius dalam menghadapi muktazilah, dalam tafsirnya, terlebih dahulu beliau memaparakan pendapat-pendapat muktazilah dan kemudian beliau membantah dengan argumen yang kuat. Ibnu hajar pernah mengatakan,” Bahwa Ar Razi dicela karena banyak meriwayatkan syubhat secara tunai dan mengatasinya secara kredit”. Namun hal ini tidak mengurangi kehebatan beliau sebagai seorang ulama yang memperjuangkan agama islam.</span></p> <ol style="margin-top:0cm" start="4" type="a"> <li class="MsoNormal" style="mso-list:l1 level1 lfo2"><span style="'font-family:">Pandangannya terhadap Ilmu Fiqih, Usul, Nahwu dan Balaghah.</span></li> </ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left:18.0pt"><span style="'font-family:">Fakhru Ar Razi hampir-hampir tidak melewatkan ayat-ayat hukum kecuali beliau sebutkan semua mazhab-mazhab <span style="mso-spacerun:yes"> </span>fiqih.<a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[7]</span></span></span></span></a> Begitu juga ketika beliau memaparkan masalah-masalah fiqih, nahwu dan balaghah, namun beliau tidak berbicara panjang lebar pada masalah tersebut lebih dari pembahasan beliau yang berkaitan dengan alam ini, dan <i>riyadhiah.<a style="mso-footnote-id:ftn8" href="#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:">[8]</span></b></span></span></span></a></i> Dengan keluasan dan pemahaman beliau terhadap ilmu fiqih, sampai-sampai beliau pernah mengutarakan,”Ketahuilah suatu waktu, terlintas pada lisanku, bahwa surat yang mulia ini yaitu Al fatihah bisa ditarik hikmah-hikmah dan permasalahan sebanyak sepuluh ribu.<a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:">[9]</span></span></span></span></a> </span></p> <p class="MsoNormal"><b><i><span style="'font-size:12.0pt;line-height:115%;">khatimah<span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></i></b></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">demikianlah sekilas profil dan manhaj Imam Ar Razi dalam tafsir kabiirnya, tentunya makalah ini tidak bisa mewakili kehebatan dan keluasan ilmu yang dimiliki oleh beliau, olehnya penulis berharap agar kita bisa membaca dan mengkaji lebih dalam tafsir kabiir, sehingga kita bisa rasakan akan keluasan dan ketinggian ilmu beliau. <i>Wallahu a’lam bi shawaab</i>.<span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:"><span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></p> <div style="mso-element:footnote-list"><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <div style="mso-element:footnote" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[1]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. DR. Muhammad husai az zahabi, at tafsir wal mufassiruun, darul hadits kairo,th. 2005, jilid 1 hal. 248.</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[2]</span></span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language:EN-US">.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>ibid 249</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[3]</span></span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language:EN-US">. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Fakhruddin ar razi, kitab <i>al arbain fi usul ad diin</i>, dar al jil, th 2004, hal 5-6</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[4]</span></span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language:EN-US">. DR. Muhammad Husain Az zahabi, op.cit, hal. 249.</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[5]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><i><span style="mso-ansi-language:EN-US">Ad durarulkaminah</span></i><span style="mso-ansi-language:EN-US">. Jilid 2, hal 304.</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[6]</span></span></span></span></span></a><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[6]</span></span></span></span></span><span lang="IN"> </span><i><span style="mso-ansi-language:EN-US">Kasyfu ad zunuun</span></i><span style="mso-ansi-language:EN-US">.jilid 2,hal.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>299.</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[7]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. Dr. Muhammmad Husain Az Zahabi. Op.cit, hal. 253.</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn8"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn8" href="#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[8]</span></span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language:EN-US">. ibid.</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn9"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn9" href="#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[9]</span></span></span></span></span></a><span style="mso-ansi-language:EN-US">. ibid.</span></p> </div> </div>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-47762324011959997442009-12-12T10:30:00.000-08:002009-12-12T10:31:13.273-08:00JILBAB, why?<p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-indent:36.0pt"><span style="'font-size:10.0pt;font-family:">Nggak jilbab, nggak gaul, lho kok biasa? Ya iyalah masa ya iya dong. Alasannya ye, Sekarang ini jilbab sudah semakin trend dan sudah banyak kita temukan para jilbaber(cewek yg make jilbab) dimana saja, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, coba deh kamu perhatiiin, bukan cuma dipesantren dan kampus yang berlabel islam <span style="mso-spacerun:yes"> </span>saja, tapi di Sekolah, perkantoran, Pasar dan kuliah-kuliah umum pun uda gampang kita temuin para muslimah yang make jilbab. Ini menandakan kalo kesadaran berjilbab sudah mulai merasuki para pemudi-pemudi islami. By the way, sebelum kita ngomong terlalu jauh tentang jilbab, kita kudu harus tau dulu apa itu jilbab dan manfaat yang bisa di petik (emang buah mau dipetik) dari busana muslimah ini.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt:auto; text-align:justify;line-height:120%"><span style="'font-size:10.0pt;line-height:">Definisi jilbab</span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt:auto; text-align:justify;text-indent:1.0cm;line-height:110%"><span style="'font-size:">Sobat muda muslim, mungkin kejadian ini bisa muncul karena kesalahan dalam memahami dan mendefinisikan jilbab. Rasanya, banyak juga di antara kaum muslimin sendiri agak kesulitan dalam mendefinisikan jilbab. Ada yang bilang bahwa jilbab itu, ya kerudung itu. Kalo ada anak puteri udah pake kerudung, lantas disebut udah pake jilbab. Wah, itu salah besar. Dan jelas belum dikatakan berjilbab. Firman Allah Swt.:</span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt:auto; text-align:justify;line-height:110%"><i><span style="'font-size:10.0pt;">“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-nya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.“</span></i><span style="'font-size:10.0pt;line-height:110%;font-family:">(QS. al-Ahzab [33]: 59).</span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt:auto; text-align:justify;text-indent:1.0cm;line-height:110%"><i><span style="'font-size:10.0pt;line-height:110%;font-family:">Yup</span></i><span style="'font-size:10.0pt;line-height:110%;font-family:">, kita coba ngasih penjelasan. Begini sobat, jilbab bermakna <i>mil<u>h</u>âfah </i>(baju kurung atau semacam <i>abaya </i>yang longgar dan tidak tipis), kain apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (<i>tsawb</i>) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus <i>al-Mu<u>h</u>îth </i>dinyatakan demikian: <i>Jilbab itu laksana </i>sirdâb <i>(terowongan) atau </i>sinmâr <i>(lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian keseharian-nya seperti halnya baju kurung.</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt:auto; text-align:justify;text-indent:1.0cm;line-height:110%"><span style="'font-size:">Nah, kalo mau pengen tahu penjelasan tambahannya, ada juga keterangan dalam kamus <i>ash-Sha<u>hh</u>âh, </i>al-Jawhârî menyatakan: <i>Jilbab adalah kain panjang dan longgar </i>(mil<u>h</u>âfah) <i>yang sering disebut </i>mulâ’ah <i>(baju kurung).</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="mso-margin-top-alt:auto;mso-margin-bottom-alt:auto; text-align:justify;text-indent:1.0cm;line-height:110%"><span style="'font-size:">Nah, kapan mengenakan jilbab? Yang pasti kalo seorang muslimah pergi keluar rumah. Atau kalo pun di dalam rumah, saat ada tamu asing (bukan mahrom) kamu kudu make jilbab. Sebab tujuannya kan adalah untuk menutup aurat. Oya, untuk bisa disebut mengenakan busana muslimah, maka seorang muslimah harus mengenakan jilbab lengkap dengan kerudungnya. Begitu deh, secara singkatnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">Sebenarnya klo diliat-liat, selama ini banyak sih cewek-cewek yang gengsi make jilbab, (islam tapi malu pake jilbab). Banyak alasan sih, katanya jilbab itu kuno lah, nggak gaul lah, primitive lah, gerah lah, ribet lah sampai ada yang bilang belum siap make jilbab,(aduh nggak masuk bakal banget). soalnya kalo mau jujur sebagian besar dari cewek muslim mereka belum tau masalah ini, jadi serba salah dong, karena terkadang sudah mau pake<span style="mso-spacerun:yes"> </span>jilbab tapi nggak tau ilmunya, nggak pake jilbab, tapi Bergama islam. Nah melalui artikel ini mudah-mudahan temen-temen bisa tergerak hatinya untuk make jilbab dan tidak takut-takut lagi (emang anjing galak yang ditakutin, he,,,he,,he,,)</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">Kata jilbab memang sudah tidak asin(emang telur asin) eh asing lagi dikalangan kita, sebuah busana islami yang menjadi ciri bagi wanita muslimah. Dan identitas islami ini tidak perlu ditakuti(emang uji nyali), tapi hal ini harus dibudayakan dan dipakai oleh para cewek-cewek muslimah, coba deh kita bandingin dengan agama non islam, tau nggak, teman-teman, klo mereka itu sangat bangga make symbol agama-agama mereka, sebut ajalah orang Kristen, coba deh kamu perhatikan, mereka itu senang banget make kalung salib, sampai tattoo salib balik tangan (nadi) mereka, Tapi yang heran, kita yang ngaku umat islam tapi toh malu make identitas islam, kan jilbab juga kan yang bedain kita dengan orang Kristen dan agama-agama yang lain.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">Okey yah pertanyaan nya sekarang buat apa make jilbab? Hayoo siapa yang bisa jawab.(hmmmm buat apa yah?)oke kita cari sama-sama yuk.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">yang pertama adalah karena jilbab itu adalah syariat islam yang mesti dijalain. Tau nggak temen-temen kalo jilbab itu hukumnya <span style="mso-spacerun:yes"> </span>W-A-J-I-B, nggak bisa ditawar-tawar lagi, dan wajibnya sama dengan wajibnya salalat 5 waktu dan puasa ramadhan,(yg bener nih…) iya benar make jilbab itu wajib bagi teman-temen yang sudah aqil balig, dan klo ditinggalin akan dapat dosa,(dosa ih takuuuut).dalilnya nih ,”…<i>dan janganlah mereka menampakkan perhisannya(auratnya)kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya</i>..”klo mau lebih lanjut temen-temen bisa liat pada surat Annur ayat 31. Dalam surat Al Ahzab ayat 59 kamu juga bisa liat dalil tentang kewajiban jilbab, ”<i>Wahai nabi, katakanlah pada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan istri-isteri orang mukmin hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka</i>…” Tuh kan bener didalam Al quran dijelasin masalah ini.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">Trus kedua dengan jilbab kamu akan muda dikenali sebagai wanita muslimah, maksudnya, kan cuma agama islam yang mewajibkan umatnya untuk make jilbab, sedangkan agama Kristen, hindu, budha, kong hucu, tidak mewajibkan make jilbab, nah dengan jilbab yang kamu pake, kamu akan mudah dikenali sebagai wanita muslimah. Benar khan?</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">Ketiga, dengan jilbab juga yang kamu kenakan kamu akan terjaga dari gangguan laki-laki,why? Karena jilbab itu akan menjadi perisai kamu dari godaan laki-laki, asalkan jilbab yang kamu pakai jilbab yang syar’i, coba bandingkan dengan orang yang sekarang yang doyannya make busana irit kain(alias pakaian belum jadi), tentu godaan laki-laki akan tertuju sama dia, soalnya ada pancingan, kaidahnya nih adanya yang memancing karena ada yg dipancing. Tul nggak..?</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">Keempat Dengan busana muslimah/jilbab mudah-mudahan bisa menjaga kamu dari perbuatan dan sifat yang kurang baik. Soalnya nanti kamu akan mikir sendiri,”masa aku make jilbab tapi omongan dan perrbuatanku tidak sejalan dengan jilbab yang aku pakai”.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-size:10.0pt;">Terkadang nih ada yang koment, ”nggak usah make jilbab, yang pentingkan bisa jaga diri”. Eiiiit tunggu dulu. Pertanyaannya nih, jaga dirinya dengan apa, wong kalo da make pakaian adik kamu yang kecil, sebenarnya kamu telah memperlihatkan kalo kamu nggak dapat jaga diri. Soalnya seluruh auratmu ( yg tidak bisa dipandang laki-laki) terbuka lebar. Tapi dengan jilbab yang kamu pakai insya Allah akan menjaga diri kamu, dan setidaknya menimalisir dari kebiasaan dan perbuatan yang kuran baik.</span></p>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-53293506190382573842009-12-12T10:20:00.000-08:002009-12-12T10:22:20.555-08:00Hermeneutika Dalam Perspektif Islam<p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Agama yang kita anut, dan dianut oleh ratusan juta kaum muslimin yaitu Islam, merupakan <i>way of life</i> yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat. Dan didalam Islam mempunyai satu esensial yang berfungsi memberi petunjuk kejalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam Al Quran. ”Sesungguhnya Al Quran ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya”.<a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[1]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Tiap-tiap agama di permukaan bumi ini, mempunyai landasan dan pedoman bagi masing-masing penganut agama, yang termaktub dalam kita-kitab yang suci dan sakral. Nasrani dengan Injilnya, orang hindu dengan kitab Wedhanya, orang Islam dengan Al Qurannya, dan lain sebagainya. Masing-masing kitab mempunyai metode dan aturan tersendiri dalam memahami teks kitab tersebut. Metode semacam ini tidak boleh dicampur adukkan atau dikolaborasikan dengan satu kitab dengan yang lainnya, karenanya akan menimbulkan kerancuan dan tumpang tindih dalam memahami teks suatu kitab.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Saat ini kita melihat adanya sekelompok golongan yang gencar-gencarnya ingin merubah dan mengganti metodologi dalam memahami teks Al Quran dengan metodologi yang lain. Interpretasi Al Quran yang dilakukan oleh ulama ulama salaf dianggap tidak relevan lagi dijadikan rujukan, mereka mengadopsi metodologi hasil impor buatan barat, dan meyakininya sebagai alat yang bisa mengembangkan pola pikir umat Islam dalam memahami teks Al Quran, itulah yang kita kenal dengan metodologi hermeneutika.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Disini penulis akan mencoba memaparkan secara global tentang hermeneutika ditinjau dari segi penamaannya, historisnya, perbedaan antara tafsir dan hermeneutika serta hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan ini.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;">Pengertian dan Histori Hermeneutika</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Hermeneutika secara etimologi diambil dari perkataan inggris hermeneutics, yang berasal dari bahasa Greek, yaitu <i>hermeneutikos</i> atau <i>hermeneuien</i> yang artinya “tafsir” atau menafsirkan, yang biasanya digunakan dalam menafsirkan teks sakral.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Sedangkan hermeneutika menurut terminology, bermakna didalam apa yang tersirat ( in the verbum interius), atau terkandung dalam makna yang tersirat (inner speech). Atau dalam defenisi umumnya, adalah suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna (hermeneutics as method, philosophy and critique), juga bermakna sebagai seni menafsirkan (the art of interpretation).<a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:">[2]</span></span></span></span></a> Jadi memahami dan menginterpretasikan apa yang ada dalam pikiran seseorang itulah yang disebut hermeneutika.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Adapun yang melatar belakangi munculnya hermeneutika, adalah karena didalam tubuh kitab Bible yang menjadi rujukan orang-orang nashrani, terdapat banyak masalah, yang berkaitan dengan kitab tersebut, mulai dari teks itu sendiri, apakah secara harfiah Bible dikatakan sebagai perkataan tuhan atau perkataan manusia? Siapa penulisnya? Dan awal penulisannya bahasa apa?. Hal inilah yang mendorong masyarakat barat untuk melakukan dekonstruksi teks Bible dengan hermeneutika. Dengan melakukan interpretasi ulang, kemudian dikondisikan dengan perkembangan zaman.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Dalam interpretasi hermeneutika lebih condong, <i>pertama</i>, dalam memakai metodologi hermeneutika, sifatnya mencurigai teks yang akan ditafsirkan. <i>Kedua</i>, hermeneutika memandang bahwa teks sebagai produk budaya (buatan manusia). <i>Ketiga</i>, hermeneutika sangat plural, jadinya kebenaran tafsir sangat relatif. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Dari sini dapat disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi lahirnya hermeneutika adalah pemalsuan kitab suci dan monopoli penafsiran gereja. Inilah yang menyebabkan mengapa mereka memilih hermeneutika sebagai metodologi dalam memahami kitab mereka.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Para peneliti dan kristolog, baik dari Islam maupun non Islam menyatakan, “Kitab Bible tidak lagi ditulis<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dengan bahasa aslinya, tapi Bible ditulis oleh banyak pengarang dengan versi yang berbeda-beda. Dan perbedaan antara satu dengan yang lain sangat signifikan, bahkan masing-masing mereka berlomba dalam mengurangi dan menambahkan antara satu dengan yang lain”.<a style="mso-footnote-id: ftn3" href="#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[3]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;">Apakah Al Quran Memerlukan Hermeneutika?</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Yang menjadi permasalahan disini adalah, apakah Al Quran memerlukan metodologi hermeneutika? Jawabannya tentu saja tidak. Karena umat Islam punya metodologi tersendiri dalam memahami teks<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Al Quran. Umat Islam dan jumhur ulama telah sepakat bahwa Al Quran secara lafadz dan makna adalah Kalamullah, firman Allah. Bukan perkataan nabi Muhammad saw., seperti yang yang digembor-gemborkan para orientalis beserta rekan-rekannya. Dan Al Quran akan selalu dibaca dan dibaca sesuai dengan bahasa aslinya, yaitu bahasa arab. Begitupun Dalam menginterpretasi sebuah teks, hermeneutika menganut sistem relatifisme, bisa jadi benar atau salah. jadi mana mungkin kita sebagai penganut agama Islam meragukan akan keotentikan dan keorisinilan Al Quran, yang sudah terbukti tetap terjaga sejak berabad-abad yang lalu sampai sekarang dan hari akhir.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Sebenarnya kaum muslimin hanya memerlukan tafsir dalam memahami maksud Allah dalam Al Quran, bukan hermeneutika. Karena tafsir sangat berbeda dengan hermeneutika. Kalaulah umat islam masih memerlukan pemahaman yang mendalam, misalnya saja dalam memahami makna <i>mutasyabihat</i> dalam Al Quran, maka perangkat kedua yang dibutuhkan adalah takwil bukan hermeneutika. karena takwil juga berbeda dengan hermeneutika, takwil mestilah berdasarkan dan tidak bertentangan dengan tafsir, dan tafsir berdiri diatas lafadz harfiah Al Quran.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;">Perbedaan Hermeneutika dan Tafsir</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-family:">Pertama,</span></b><span style="'font-family:"> Secara etimologi tafsir adalah <i>Al Bayan</i> yaitu menjelaskan<a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[4]</span></span></span></span></a>. Sebagaimana dalam Al Quran, “ <i>Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik</i>”.<a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;">[5]</span></span></span></span></a> Sedangkan secara terminologi tafsir adalah, suatu perangkat ilmu, untuk mengetahui <i>Al Quranulkariim</i>, yang diturunkan kepada nabi Muhammd Saw,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dan menjelaskan makna-maknanya, serta mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah dalam Al Quran</span><span style="'font-size:14.0pt;line-height:115%;font-family:">.<a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="'font-size:14.0pt;line-height:115%;">[6]</span></span></span></span></a></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Sedangkan hermeneutika merupakan derivasi dari bahasa Yunani, yang berarti menafsirkan. Hermeneutika diasosiasikan kepada Hermes, seorang utusan dewa dalam mitologi Yunani Kuno, yang bertugas menyampaikan dan menerjemahkan pesan dewata, yang masih samar-samar kedalam bahasa yang pahami oleh manusia. Sumber-sumber perkamusan menyatakan, istilah hermeneutika dimulai oleh para ahli teologi yahudi dan nashrani, dalam mengkaji secara kritis kitab Bible.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-family:">Kedua</span></b><span style="'font-size:14.0pt;">, </span><span style="'font-family:">Bible kini ditulis dan dibaca oleh penganutnya, tidak menggunakan bahasa aslinya lagi. Bahasa asal Bible, Hebrew untuk perjanjian lama dan Greek untuk perjanjian baru, bahkan Isa sendiri menggunakan dengan bahasa Aramik. Untuk bahasa Hebrew, kini tak seorang pun yang aktif menggunakan bahasa ini, sehingga para teolog Yahudi dan Nashrani menggunakan hermeneutika untuk memahami Bible. Friedrich Schleiermacher (1768-1834), seorang alumni dan dosen Universitas Halle (1805), filosof, sekaligus sebagai pendiri protestan liberal yang di percaya sebagai pendiri hermeneutika secara umum, menyatakan bahwa diantara tugas hermeneutika adalah untuk memahami teks, “sebaik atau lebih baik dari pengarangnya”. Maka sangat wajar, bila Bible yang dikarang oleh banyak pengarang menggunakan metodologi hermeneutika untuk mengkaji dan memahami Bible, dengan cara yang lebih baik dari pengarang Bible itu sendiri. Adapun dengan Al Quran, bagaimana mungkin kaum muslimin terpikirkan untuk bisa lebih paham akan maksud dalam Al Quran, melebihi Rasulullah Saw, dan Allah Swt sebagai sumber dari kitab suci.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-family:">Ketiga</span></b><span style="'font-family:"> dari segi epistomologis, hermeneutika lahir dan bersumber dari akal semata, olehnya didalam hermeneutika terkandung keraguan dan dugaan, sehingga konsep yang diberikan tentang makna, kandungan, substansi terus menerus akan mengalami perubahan, perbedaan bahkan pertentangan. Adapun dalam tafsir, sumber epistomologi adalah wahyu Al Quran, sehingga tafsir ini sangat terkait dengan apa yang telah disampaikan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dan diterangkan oleh nabi Muhammad saw. Allah berfirman, “<i>Dan kami turunkan Az zikr (Al Quran) kepadamu, agar engkau menerangkan pada manusia, apa yang diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”.<a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight:normal"><span style="'font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:">[7]</span></b></span></span></span></a></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Rasulullah Saw, mengajarkan dan menerangkan Al Quran kepada para sahabat. Jika ada ayat yang tidak dipahami atau ada masih samar, mereka langsung merujuk dan menanyakannya pada nabi, kemudian nabi langsung menjelaskan dan menerangkan apa yang ditanyakan oleh sahabat. Setelah Rasulullah wafat, para sahabat sangat berhati-hati dalam menafsirkan Al Quran. Abu Bakar pernah mengatakan, ”Bumi mana yang akan membawaku dan langit mana yang akan menaungiku, jika aku mengatakan dalam kitab Allah apa yang aku tidak ketahui”. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-family:">keempat</span></b><span style="'font-size:14.0pt;">, </span><span style="'font-family:">dalam Bible, disana terdapat banyak problem yang membuat para penganut agama Kristen meragukannya, misalnya saja ketidakjelasan penulis Bible yang sebenarnya. Sampai-sampai orang barat pernah menuliskan sebuah buku <i>who write the Bible, </i>sehingga mereka membutuhkan sebuah metodologi dan melakukan dekonstruksi histori terhadap Bible. Sedangkan tafsir, tidak mempermasalahkan tentang asal muasal teks Al Quran. Karena Al Quran sudah diyakini dan di imani bahwa ia datangnya dari Allah Swt. Dan penulisan Al Quran sudah dimulai sejak masa Rasulullah. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><b><span style="'font-size:12.0pt;">epilog</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="'font-family:">Menerapkan konsep hermeneutika dalam Al Quran, bisa mengaburkan makna-makna dalam Al Quran itu sendiri, yang <i>Qat’i </i>bisa jadi <i>Dzanni,</i> <i>muhkam</i> bisa jadi <i>mutasyabihat</i>, yang <i>muthlaq</i> bisa berubah menjadi <i>muqayyad,</i> dan lain sebagainya. Begitu juga konsep hermeneutika yang menganggap teks sebagai <i>muntaj tsaqafi</i> (produk budaya). Konsep ini sangat bergandengan erat dengan bible, mengingat bible<span style="mso-spacerun:yes"> </span>dalam sejarahnya sangat problematik. Namun merupakan kesalahan yang besar jika hermeneutika dipaksakan dalam memahami Al Quran, karena Al Quran bukan produk budaya, bukan perkataan Rasul, bukan buatan Utsman tapi Al Quran adalah kalamullah. Azza Wa jalla. <i>Wallahu a’lam </i></span></p> <div style="mso-element:footnote-list"><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <div style="mso-element:footnote" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn1" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[1]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">Surah Al Isra’ ayat 9</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn2" href="#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[2]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. Drs.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Hafidz Abdurrahman,MA., kebobrokan Tafsir Hermeneutika</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn3" href="#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[3]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. Buku dokumen pemalsuan Al kitab, karya Molyadi Samuel AM. Victorypress, Surabaya 2002</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn4" href="#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[4]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. Manna Al Qatthan, <i>Mabaahits fi ‘ ulumil quran</i>,, Maktabah Wahbah, hal 316</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn5" href="#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[5]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. surah Al furqan ayat 33</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-bottom:0cm;margin-bottom:.0001pt"><a style="mso-footnote-id:ftn6" href="#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character: footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:115%;font-family:">[6]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. Imam<span style="mso-spacerun:yes"> </span>As Suyuthi fi Al itqan ‘Ulumil Quran,<span style="mso-spacerun:yes"> </span>jilid 2 hal. 74</span></p> </div> <div style="mso-element:footnote" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="mso-footnote-id:ftn7" href="#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span style="mso-special-character:footnote"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="'font-size:10.0pt;line-height:">[7]</span></span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language:EN-US">. Surah An Nahl ayat 44</span></p> </div> </div>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-3049851953953616542009-12-09T03:49:00.000-08:002009-12-09T03:50:23.249-08:00Detik-Detik PerpisahanSelamat tinggal Ramadan, selamat tinggal bulan penuh berkah”. Ramadan telah tiba pada penghujungnya, setelah hampir sebulan Ramadan bersua bersama kita, kini bulan yang agung ini akan meninggalkan dan memohon diri, seperti seorang tamu terhormat yang bertamu dirumah kita, dan sekarang ia pamit dan beranjak kaki dari rumah kita. Perasaan haru dan sedih tentunya sangat kita rasakan, waktu sebulan terasa begitu cepat, semangat untuk beribadah dibulan ramadan masih berkobar dalam dada. Seperti inilah yang pernah disabdakan nabi bahwa dengan megetahui kemuliaan Ramadan, maka kalian akan berharap agar 11 bulan lainnya menjadi Ramadan. Dan tentunya bentuk ibadah pada bulan Ramadan bermacam-macam, ada seseoran yang betul paham dan mengetahui keistimewaan Ramadan, kemudian dia beribadah semaksimalnya demi mendapatkan ridha Allah, namun ada juga yang mengetahui akan keagungan Ramadan tapi toh ibadanya tidak mengalami peningkatan. Namun tiap kita tentunya sangat mengharapkan agar seluruh amalan kita diterima oleh Allah dan bisa memperoleh gelar taqwa.<br />Setelah bulan ramadhan usai kini Syawal menjelang, disana hari i’d telah menanti, hari dimana umat islam bersih dari segala noda dan dosa, setelah sebulan dicuci pada bulan Ramadan. Hari dimana takbir, tahlil dan tahmid bersahutan diseluh penjuru dunia, menandakan akan kebahagiaan umat islam dalam menyambut kemenangan. Hari dimana umat islam saling memberikan ucapan selamat antar sesama dan panjatan doa kepada Allah. Inilah lebaran, sebuah hari yang Allah khususkan bagi umat islam sebagai hari raya dan hari bahagia.<br />Tentunya kita para wafidin yang ada dinegeri orang pasti akan merasakan sesuatu yang beda dalam menikmati lebaran di Mesir ini. Saling maaf-maafan kepada orang tua dan keluarga, budaya sungkem-sungkeman, ziarah kerumah teman-teman dan kerabat keluarga, mudik kekampung halaman, nyaris tidak bisa kita rasakan dinegeri kinanah ini. Suasana lebaran seakan-akan tidak berkesan, seolah-olah suasana hari i’d sama saja dengan hari jumat dan hari-hari yang lain. Tapi, tentunya bagi kita rasa kebahagiaan dan keceriaaan bisa kita dapatkan dengan kumpul bersama teman-teman setanah air.<br />“Minal ai’din wal faizin”. Ini adalah salah satu tahniah( ucapan selamat) yang sering kita dengar pada waktu lebaran, tahniah ini sebenarnya tidak datang dari Rasulullah SAW., tapi ini adalah urf’ (kebiasaan) yang ada pada suatu masyarakat. Dan sering kali kita juga menyaksikan, tahniah ini dilanjutkan dengan kalimat “mohon maaf lahir dan batin”, seolah-olah arti dari minal ai’din wal faizin adalah mohon maaf lahir dan batin, padahal arti ungkapan tersebut adalah harapan serta doa, dan ungkapan ini juga adalah penggalan dan masih belum sempurna, seharusnya lafadz tersebut lengkap dengan”ja’alanallahu wa iyyakum minal a’idin wal faizin”, yang artinya semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai orang yang kembali dan mendapat kemenangan (beruntung). Pada lafadz tersebut sarat dengan makna, yaitu harapan agar Ramadan yang kita telah lalui benar-benar bernilai dan diterima oleh Allah, dan kita juga senantiasa saling mendoakan agar kita kembali bersih dari dosa dan noda. Kata “ai’din” artinya kembali, maknanya mudah-mudahan kita kembali bersih, putih tanpa dosa sebagaimana awal ketika kita dilahirkan di dunia ini. Sedangkan “Faizin” adalah kemenangan, yaitu menang dalam artian berhasil mengalahkan dan mengendalikan hawa nafsu, dan beruntung karena mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.<br />Adapun hikmah i’d fitri, adalah sebagai bentuk rangsangan dan pancingan bagi kita agar selalu bertaqarrub kepada Allah, setelah 30 hari dicharging pada bulan Ramadan menjadi bekal bagi kita untuk menghadapi 11 bulan kedepan. I’d fitri adalah hari kebahagiaan umat islam, sebagai bentuk kemenangan dalam menahan hawa nafsu pada bulan Ramadan. Ramadan diibaratkan sebagai tali yang mengikat dan mengendalikan hawa nafsu, namun setelah Ramadan usai menjadi beban yang tidak ringan dalam mengontrol hawa nafsu, butuh keimanan dan ketaqwaan yang tinggi kepada Allah, seperti yang disabdakaan oleh nabi bahwa perang melawan hawa nafsu adalah perang akbar dibanding perang fisik yang dilakukan oleh nabi dan para sahabat. Oleh sebab itu pakaian ketaqwaan yang kita peroleh dibulan ramadan jangan kita tinggalkan, tapi harus selalu kita pakai dan melekat pada tubuh kita kapan dan dimanapun kita berada.<br />Semangat untuk beribadah jangan cuma pada Ramadan saja, pada bulan-bulan yang lain pun semangat ini harus terjaga dan terpelihara, begitu juga keberhasilan seseorang dalam beramal saleh tidak hanya dilihat dari amalan-amalan dibulan Ramadan, tapi amalan diluar Ramadan menjadi salah satu tolak ukur seseorang pada penilaian peningkatan kualitas ibadah kita.nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-64240248860030323212009-12-09T03:48:00.000-08:002009-12-09T03:49:46.089-08:00Islam dan PersMasih ingatkah kita akibat tragedi WTC (World Trade Center) terhadap islam? Ingatkah kita bagaimana nasib pembantaian umat islam ditanjung priuk? Masih ingatkah kita bagaimana penghinaan nabi Muhammad saw., dalam karikatur pada Koran Denmark? Masih ingatkah kita, kekejaman Amerika dan tentara Israel terhadap kaum muslim di Irak? Inilah salah satu propaganda barat untuk menghancurkan dan meluluh-lantahkan umat islam dengan media.<br />Islam adalah agama yang menyeru kepada penganutnya menjadi orang yang cerdas dan pintar, islam adalah agamanya orang-orang yang berprestasi, adapun salah satu jalan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan membaca dan menulis. Saking pentingnya hal tersebut sehingga ayat yang pertama diturunkan Allah adalah iqra (baca). Membaca bukan dalam artian membaca buku atau koran saja, tapi membaca juga bisa dilakukan dalam cakupan yang universal seperti membaca lingkungan, membaca setiap kejadian, membaca diri sendiri dan sebagainya. Begitu juga dengan menulis, di dalam Al Qur’an kita dapati dalam surah Al-Qalam, Allah bersumpah dengan pena, menunjukkan benda tersebut memiliki keistimewaan tersendiri dari benda-benda lainnnya. Maka dengan pena mengajak kepada umat islam agar selalu memperhatikan, berkreasi, kreatif dengan menorehkan karya-karya kita dengan sebuah tulisan. Inilah yang direalisasikan ulama-ulama salaf, imam Syafi’i, dengan berbagai macam karangannya ia abadikan dalam bentuk kitab, seperti kitab monumental beliau Ar Risalah, imam Ghazali dengan Ihya Ulumuddin nya, imam Qurthubi dengan tafsir Jami’ Ahkamnya, imam Ahmad bin Hanbal dengan Al-musnadnya, imam ibnu jarir At Thabari yang setiap hari menulis sebanyak 40 lembar selama 40 tahun. Dan total semua tulisannya adalah 584.000 lembar, imam ibnu Jauzi pernah bertutur tentang dirinya “ aku menulis dengan dua jariku ini dua ribu jilid buku, dan masih banyak lagi ulama yang mengabadikan karya-karyanya dengan sebuah tulisan, ulama tersebut bisa kita kenali dan tetap kekal namanya dengan kitab-kitabnya. Kesadaran yang tinggi membuat mereka menghabiskan umurnya dengan membaca dan menulis. Maka menjadi keharusan bagi umat islam untuk bertaqlid kepada para ulama dalam berpartisipasi mem follow up karya-karya kita dengan tulisan.<br />Namun patut disayangkan umat islam saat ini kurang perhatian dalam urusan ini, umat islam saat ini lebih senang menjadi obyek bukan jadi subjek, umat lebih cenderung diam dan tidak berbuat apa-apa, umat islam saat lebih senang jadi penonton bukan pemain, umat islam saat ini saling bergantung satu dengan yang lain, sehingga kesempatan ini digunakan para musuh islam untuk mempermainkan umat islam, terutama pada media massa. Pada zaman era globalisasi ini media sepenuhnya berada ditangan para Orientalis dan Zionis, media menjadi alat yang sangat efektif dalam mempropagandakan ideologi mereka keseluruh dunia, media buatan barat juga bisa menjelma menjadi bom sangat berbahaya yang dengan cepat bisa merubah opini masyarakat tentang citra islam. Dengan media yang dikuasai barat membuat islam yang cinta akan perdamaian menjadi agama yang penuh dengan kekerasan, dengan media membuat umat islam yang ummatan wasatan menjadi agamanya orang-orang radikal. Disinilah perang media dimulai, setelah barat tidak mampu mengalahkan islam dengan militer, barat kemudian menjadikan media untuk menyerang islam.<br />Zionis dan sekutunya merancang opini yang menampilkan citra bahwa gerakan mereka adalah legal, dan muncul karena ketertindasan. Begitu juga sebaliknya, terorisme selalu mereka kaitkan dengan islam seakan-akan agama islam identik dengan teroris. Tanpa penelitian dan penyelidikan terlebih dahulu, kasus-kasus yang berbau teroris langsung diliput oleh media massa. bahkan setiap berita-berita apapun tidak ada yang sampai kepada publik sebelum di filter oleh media barat.<br />Hal ini menjadi tantangan berat bagi umat islam diseluruh dunia, umat islam seharusnya memiliki media yang bisa menyeimbangi media-media barat, islam hanya akan menjadi bulan-bulanan dan menjadi mainan barat jika tidak mempunyai media sebagai perangkat tandingan terhadap media barat, bukankah Napoleon Bonaparte pernah berkata “saya lebih takut pada media massa dibanding senjata”. Begitu juga perkataaan syekh Yusuf Al Qaradhawi “dulu eropa dikuasai dengan senjata, sekarang eropa akan dikuasai dengan pena”. Persatuan dan kekompakan islam menjadi kunci kebangkitan islam, tinggal kesadaran umat islam sendiri harus menjalani dan memainkan peran yang siap menghadapi para Zionis dan Orientalis.nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-31675266636480251552009-12-09T03:47:00.000-08:002009-12-09T03:48:31.253-08:00Peduli, Why Not?Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kasih-sayang dan ikatan emosional ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, mengakibatkan seluruh anggota tidak dapat istirahat dan sakit panas.” (Muttafaqun ‘alaihi)<br />Hadits di atas menginformasikan kepada kita akan pentingnya saling bahu membahu, tolong menolong yang bisa tercermin dan teraplikasi dengan sikap peduli. Ya, kepedulian, adalah kata yang sederhana yang merupakan sikap dimana seseorang mencoba memahami, mengerti dan merasakan suatu keadaan, kemudian mengambil (action) tindakan yang nyata, sesuai dengan keadaan tersebut.<br />Dalam buku ESQ, Ary Ginanjar Agustian menjelaskan, ”Tiap-tiap manusia yang terlahir di dunia ini, telah dilengkapi oleh Allah Swt. dengan sifat-sifat yang luhur yang terambil dari asmaaul husna”. Demikian juga dengan sifat peduli, merupakan fitrah bagi manusia. Sikap dimana seseorang peka dan sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, hal ini bisa dibuktikan ketika kita melihat atau mendengarkan informasi bencana bencana alam yang melanda saudara-saudara kita ditanah air, baik itu berupa banjir, tanah longsor, kebakaran, gempa bumi dan sebagainya. Begitu juga apa yang diderita para saudara kita di Irak, Libanon, Pakistan dan Palestina. Sedih, pilu, luluh dan terasa terkoyak-koyak hati umat Islam melihat penyiksaan, penindasan dan pembantaian kaum muslimin. Dengan ini akan menimbulkan simpati dan empati, dan keinginan untuk bisa membantu dan meringankan beban-beban mereka.<br />Sikap peduli adalah sifat yang mulia, dan merupakan sifat para salafussalih. Masih ingatkah kita, bagaimana semangat yang berkobar pada diri Rasulullah Saw. dalam menyampaikan dakwahnya? Walaupun cercaan, hinaan, penindasan selalu digencarkan kaum kuffar pada Rasulullah Saw. Masih ingatkah kita, bagaimana seorang kepala negara Umar bin Khattab Ra., memikul gandum untuk diberikan kepada rakyatnya? Masih ingatkah kita, ketika Abu Bakar Ashsiddiq Ra. menginfakkan seluruh harta bendanya fisabiilillah? Tentunya mereka melakukan semua ini, karena adanya ikatan yang kuat, berupa sifat kepedulian dan solidaritas yang sangat tinggi antarsesama manusia.<br />Sikap peduli bisa diaktualisasikan dalam berbagai cara, di antaranya:<br />Ukhuwah. Ihtimam dan keprihatinan pada nasib umat Islam adalah kunci dari Ukhuwah Islamiah. Hal ini menunjukkan kepekaan hati dan jiwa, sehingga dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh umat Islam, dan sekuat tenaga memberikan bantuan berupa materi atau non materi. Bukankah hal ini sudah disinggung dalam Alquran pada sirat Alhujurat . “Orang-orang beriman itu bersaudara”. Oleh karenanya, menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu memupuk dan meyirami Ukhuwah Islamiah dengan sifat kepedulian.<br />Husnudzhan (positif thinking). Sikap empati dan simpati lambat laun akan menghasilkan pada sikap husnudzhan. Positif thingking adalah sikap dimana perasaan dan jiwa terakumulasi menjadi satu, dan tercurahkan pada hal-hal yang positif. Inilah yang akan membuat hati seseorang menjadi tenang dan khusu’, karena pikiran hanya terkonsentrasi pada kebaikan-kebaikan orang lain dan menghilangkan jauh-jauh sifat su’ udzan(negative thinking). Dan ciri-ciri orang yang beriman adalah orang yang selalu memelihara sifat husndzhan pada orang lain. Allah Swt. berfirman dalam Alquran, “… Dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Ya tuhan kami, sungguh Engkau Maha penyantun lagi Maha penyayang”. (Al-Hasyr : 10)<br />Mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Rasululllah Saw. pernah bersabda, “Tidak beriman seseorang dari kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).<br />Hal ini memang sangat sulit untuk kita lakukan, disebabkan kita terkadang masih mendahulukan sifat egois ketimbang sifat simpati. Namun, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk merangsang sifat simpati ini dan mengubur sifat egoisme kita. Pertama, membiasakan memberi sebelum diminta. Ini dilakukan agar melatih sifat keikhlasan kita pada orang lain, bukan berarti memberi setelah diminta tidak ikhlas, tapi kadang-kadang pemberian seperti ini sifatnya agak dipaksakan, sehingga nilai ikhlasnya berkurang. Kedua, banyak mendengar dan sedikit bicara. Salah satu hikmah Allah Swt. ciptakan mulut kita satu dan telinga kita dua adalah agar porsi mendengar kita lebih ketimbang berbicara. Dengan cara ini menuntut kita untuk selalu mendengarkan keluh kesah, curhatan dan masalah orang lain. Dan kemudian mencarikan solusinya dengan berusaha membantu semampu kita. Ketiga, selalu ingat kebaikan orang lain dan melupakan kebaikan diri. Dengan membiasakan mengingat kebaikan orang lain pada kita, akan membuat kita berhutang budi pada dia, dan menuntut kita untuk membayar atau membalas dengan yang lebih baik. Sedangkan melupakan kebaikan diri, membuat kita terhindar dari syirik kecil yaitu sum’ah(menceritakan kebaikan diri pada orang lain), dan menjadikan kita rendah hati.<br />Rahmat. Sifat ihtimam dan ukhuwah adalah refleksi dari rahmat Allah swt., yang terpancar kepada umatnya. Marilah kita bercermin pada pribadi Rasulullah Saw., sebagai qudwah. Beliau di samping menyebarkan rahmat bagi diri manusia, beliau juga merangkap sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rasulullah Saw. sangat sayang kepada manusia, sehingga beliau menginginkan semua manusia beriman kepada Allah swt., dan masuk ke dalam Islam. Beliau menginginkan agar manusia mendapat kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Inilah salah satu makna Rasulullah Saw. diutus sebagai rahmatal lil alamiin.<br /> Semangat yang berkobar-kobar, dan rasa juang yang tinggi bagi Rasulullah Saw. dalam berdakwah dan menyebarkan diinul Islam tidak akan pernah surut dalam mengemban dakwah kepada islam. Walaupun harta, tahta dan wanita telah ada di depan mata baginda, namun Rasulullah Saw. tetap istiqamah dalam memperjuangkan Islam. Rasulullah Saw. dalam meyebarkan Islam tidak hanya kepada kaum muslimin saja. Namun Rasulullah juga menyebarkan kepada kaum kuffar. Kalau mau menggunakan rasio, buat apa Rasulullah Saw., mau berdakwah pada kaum kuffar, toh merekalah yang selalu mencaci, menindas, menganiaya, serta memboikot umat Islam dan nabi Muhammad Saw.? Jawabannya adalah bahwa seluruh aktivitas Rasululllah Saw., adalah ibadah, dakwah dan kepedulian pada umatnya .<br />“Pemimpin adalah pelayan bagi masyaraktnya”. Kepedulian dan pelayanan adalah ciri khas pemimpin sejati dalam Islam. Inilah yang dicontohkan para pemimpin Islam terdahulu. Pemimpin cinta pada rakyatnya dan rakyat sayang pada pemimpinnya. Hal inilah akan melahirkan balance dalam suatu masyarakat. <br />Itsaar. Tingkatan rasa kepeduliaan tertinggi adalah itsaar, yaitu mengutamakan saudaranya atas dirinya sendiri dalam masalah keduniaan. Kita bisa melihat bagaimana kaum Anshar yang mempunyai rasa itsar kepada kaum Muhajirin. Sebagaimana tertera dalam Alquran, ”… mereka (Ansar) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Ansar) tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…(Al Hasyr : 9)<br />Kaum Anshar adalah kelompok sahabat yang diabadikan dalam Alquran karena sifat atsaarnya yang sangat tinggi. Mereka lebih mendahulukan orang lain ketimbang dirinya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah. Dalam memenuhi perintah Rasulullah Saw., untuk memberi makan para musafir yang kelaparan, mereka itu adalah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim. Malam itu mereka segera menidurkan anak2nya yang sedang lapar dan pura-pura makan, agar tamunya bisa makan dengan tenang. Padahal yang disantap tamu mereka adalah hidangan terakhir yang ia miliki hari itu.<br />Kepedulian tampaknya sangat mudah kita ucapkan namun, sangat sulit untuk direalisasikan. Ini dikarenakan pada umumnya kita masih sangat mencintai diri sendiri dan masih mementingkan diri dari orang lain. Apalagi yang terkait dengan harta dan yang berhubungan dengan kesenangan dunia lainnya. Hanya dengan iman yang tinggi kepada Allah Swt., sikap kepedulian bisa direlisasikan. So, peduli, why not? Wa Allahu ‘Alamnasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-39718749318708791822009-12-09T03:40:00.000-08:002009-12-09T03:47:11.005-08:00Orientalisme dalam SorotanSebelum Rasulullah Saw, diutus oleh Allah kepermukaan bumi, orang-orang orab ketika itu masih menyimpan dua ideologi. Pertama, sisa-sisa peninggalan Ibrahim, yaitu keimanan kepada Allah. Kedua, keimanan pada paganisme, berupa penyembahan kepada batu, berhala, ruh, hewan dan sebagainya. Dan jangan disangka orang orang kafir ketika itu tidak percaya pada Allah, justru mereka sangat yakin adanya Allah, namun berhala-berhala, mereka jadikan sebagai perantara untuk menyembah kepada Allah. Sebagaimana tercantum dalam Al quran pada surah Azzumar ayat 3. “Kami tidak menyembah mereka (berhala), melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami pada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Bukan cuma sampai disitu, bahkan kaum musyrikin juga mengakui bahwa Allah lah yang menciptakan dan mengatur jagad raya ini. Allah berfirman dalam Al quran “…siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab, Allah.”<br />Walaupun orang-orang musyrikin percaya dan yakin adanya Allah, namun mereka masih dicap sebagai orang kafir, kenapa? Karena mereka masih hanya sebatas percaya, namun tidak menjalankan syariat (‘ubudiah), bahkan dengan beraninya mereka membuat syariat baru yang sesuai dengan kemauan dan nafsu mereka, dengan mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.<br />Pada zaman sekarang ini, berbagai macam pemahaman yang menyimpang dan pemikiran yang kontroversional datang silih berganti. Dan kemudian pemahaman-pemahaman ini dikonsumsi umat muslim sendiri. Sadar atau tidak, sebagian umat islam sudah berani mengimpor sebuah pemahaman yang melenceng dari ajaran islam, yang kerap pemahaman yang seperti ini dibungkus dengan slogan keagamaan agar terlihat indah dan rapi, dan supaya orang-orang banyak yang tertarik dengan nilai-nilai yang terkandung pada paham tersebut, inilah yang biasa kita kenal dengan nama islam liberal.<br />Ada perubahan drastis yang terjadi para intelek islam saat ini, mereka lebih senang mencari dan mendalami islam dibarat ketimbang ditimur, pandangan mereka terhadap barat adalah segala-galanya. Nah hal inilah yang membuat orientalis bahagia, karena dibaratlah otak mereka dicuci dengan pemikiran liberal, pandangannya terhadap islam mereka rubah, dan mereka tanamkan bahwa kemajuan yang dialami bangsa barat saat ini tiada lain karena barat menerapkan paham sekulerisme, dengan memisahkan agama dengan negara, dan konsekwensinya, adalah jika negara-negara islam ingin maju dan berkembang seperti barat, maka umat islam harus meninggalkan agama mereka.<br />Para penjajah, ketika menjajah di negara-negara islam, mereka tidak hanya sebatas merampas sumber daya alam, tetapi lebih dari itu, mereka juga merampas akidah, mencuci otak dan menghilangkan identitas sebagai umat islam. Dan yang lebih parah lagi, saat sekarang, kita masih terwarisi mental-mental terjajah, dan untuk menghilangkan mental ini tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, butuh waktu dan proses yang cukup panjang untuk membersihkan dan menghilangkan sisa-sisa sifat ini.<br /> Hal ini bisa kita melihat pada masyarakat yang sangat condong untuk mengekor dan membeo pada barat, mulai dari pakaian, makanan, gaya hidup bahkan ideologi. Paham--paham liberal, sekulerisme, pluralisme dan isme-isme yang lainnya di impor dari barat dan dijadikan sebagai pandangan hidup. Dikarenakan, mereka sangat kagum terhadap kemajuan yang dialami barat, akibat dari sekulerisme. Hal inilah yang membuat orang-orang liberal khususnya di Indonesia begitu gencar dalam menyebarkan dan memperjuangkan paham liberal.<br />Karena itu mereka usung islam liberal sebagai wadah untuk meyebarkan paham dan pemikiran mereka. Celakanya, masih ada juga sebagian masyarakat kita yang tertarik dengan konsep pembaharuan dan demokrasi yang diusung oleh islam liberal.<br /> Sebenarnya inti dari paham ini sama, mulai dari sekulerisme, islam kiri, pembaharuan islam dan besok entah apa lagi. Hakikatnya sama, hanya bajunya saja yang berubah. Yakni pengingkaran terhadap nilai-nilai ajaran islam.<br />Untuk melancarkan seluruh propaganda ideologi sekulernya, Para orientalis rela melakukan apa saja, seperti yang dikatakan DR.Wajih dalam bukunya shafhaat min at tarikh at tabsyr wal istisyrak semisal dengan memberikan beasiswa pada mahasiswa untuk belajar kebarat, sarang para orientalis fundamentalis. Barat sudah mengetahui mentalitas orang-orang timur pada barat. Belajar dibarat melahirkan kebanggaan tersendiri bagi orang-orang timur. Kesempatan inilah yang digunakan oleh orientalis dalam mendoktrin para pelajar-pelajar muda dengan ideologi liberalisme dan sekulerisme yang dibingkai dengan kedok ilmiah dan penelitian. Para mahasiswa yang tadinya bangga dengan ajaran islam, digoyahkan keyakinannya, dan akhirnya ragu terhadap agamanya sendiri.<br />Adapun prinsip yang mereka tanamkan dengan berkedok penelitian, pertama. Kebenaran tidak bernilai mutlak, tapi relatif.kedua, kebenaran tidak satu tapi banyak, tergantung dari sisi mana ia dilihat. Suatu kebenaran yang dinilai oleh satu kelompok, belum tentu benar menurut kelompok yang lain. Begitu juga dengan agama, satu agama dianggap benar menurut penganutnya, belum tentu benar menurut kelompok lain, jadi kebenaran agama tidak mutlak. Ketiga, setiap informasi tidak ada yang kebal kritik. Apapun informasi bebas dari kritikan (diragukan). Sampai wahyu dari Allah pun belum tentu kebenarannya.keempat, jika anda ingin melihat dengan jernih, maka terlebih dahulu anda harus keluar dari bagian yang dilihat. Jadi jika anda ingin melihat apakah islam itu benar atau tidak, maka anda terlebih dulu harus keluar dari islam, atau paling tidak rasa keberpihakan anda terhadap islam harus dihilangkan, kalau tidak, anda masih dianggap subjektif dan tidak objektif dalam menilai islam. Sikap ketidak berpihakan ini banyak muncul dari sarjana-sarjana produk barat. Sebuah sikap yang tidak mencerminkan keimanan dan ketakwaan pada Allah. Kelima. Prinsip kebebasan berpendapat. Siapa saja bebas mengeluarkan pendapatnya dan tidak ada koridor yang harus di jaga. Akibatnya, jika hal ini dilakukan, maka ajaran islam yang bersifat qat’i pun bisa untuk dikritik dan dilanggar. Maka muncullah saat ini orang-orang yang menganggap jilbab itu tidak wajib, syariat islam tidak relevan lagi untuk zaman ini, tidak percaya akan adanya siksa kubur, dan banyak lagi pandangan-pandangan keliru akibat paham ini.<br />Ini adalah salah satu metode yang digunakan orientalis merusak pikiran sarjana islam yang belajar dibarat. Khususnya bagi yang mengambil bidang kajian islamic studies, studi timurtengah dan semacamnya.<br />Gaya orientalis<br />Ide-ide dan paham orientalis kini banyak diadopsi oleh intelek-intelek muslim. Misalnya pemikir-pemikir sekuler Mesir yang mengobrak-abrik syariat islam. Tercatatlah nama-nama seperti Ahmad Amin, Thaha Husain, Ali Abdurraziq, Mahmud Abu Rayya dan lainnya. Kita lihat bagaimana pemikiran Thaha Husain, yang mengkritik Al quran dalam bukunya asysy’rul-jahiliy, dengan menuduh bahwa Al quran bukan wahyu dari Allah tapi buatan nabi Muhammad. Begitu juga ia pernah melontarkan bahwa Al quran itu adalah kumpulan syair-syair jahiliyah.<br />Menurut prof. DR. Ismail Raji Al-faruqi, mantan ketua jurusan Islamic studies di temple university AS, “Studi islam diperguruan tinggi barat, tidak pernah luput dari dari misi zionis dan Kristen. Faruqi, beberapa lama sebelum ia gugur ditembak oleh agen zionis, pernah menasehati para serjana muslim untuk tidak belajar islam kebarat. Karena materi-materi yang dipelajari disana sengaja difokuskan pada paham-paham yang menyimpang dalam pemikiran islam. Mereka mengkaji pemikiran Khawarij, Jabariah, ingkar sunnah dan aliran-aliran yang melenceng lainnya. Dan mereka rangkum dibawah disiplin ilmu yang disebut dengan “filsafat islam”.<br />Reaksi umat dalam mencegah paham spilis<br />Yang menarik dari fenomena sekulerisme didunia islam, khususnya dinegera-negara arab, ialah sikap ulama dan umat yang peka dan tanggap terhadap paham-paham yang merasuk dalam islam. Para umat tidak tinggal diam dan membiarkan virus pemikiran yang meyimpang ini menyebar pada masyarakat. Segala upaya dilakukan untuk menumpas dan memberantas aktivitas kaum sekularis. Sebutlah universitas Al Azhar sebagai contoh dalam menghalangi para pemikir sekuler.<br />Majelis tinggi ulama Azhar mengadili Ali Abdrur-Raziq karena bukunya Al islam Wal usul Hukm, yang sarat dengan pemutar balikan fakta. Dalam sidang itulah, para ulama memecat Ali dari keanggotaannya pada “ majelis tinggi ulama”, dan mencabut seluruh ijazah yang pernah diterimanya.<br />Hal ini terjadi juga di universitas Cairo. Seorang pengajar fakultas sastra, DR. Nasr abu zeid, gagal meraih gelar profesornya. Prof.DR. Abduh-shobur Syahin, guru besar sastra arab darul ulum, Kairo, ditunjuk menjadi ketua penilaian karya ilmiah DR. Nasr abu zaid, menyatakan bahwa karya-karya ilmiah yang dihasilkannya selama ini tidak memenuhi persyaratan ilmiah untuk meraih gelar Prof. Pasalnya DR. Syahin berhasil membongkar nilai-nilai kontradiktif dalam buku-buku Nasr. Misalnya menghina nash Al quran, sunah rasulullah, mencaci maki Imam Syafi’i, menyerukan kebebasan berpikir, mengecam sikap tekstualitas dan meyebarkan paham sesat tentang zat Allah. Olehnya para ulama, Nasr dihukum murtad dan diajukan kepengadilan dengan tuntutan “ menghina agama islam”.<br />Kasus-kasus sepeerti ini memberikan gambaran kepada kita, bahwa ulama, umat dan lembaga-lembaga islam tidak akan mendiamkan upaya yang dilakukan pihak tertentu yang ingin merusak kebenaran nilai islam.<br />Ketakutan pada islam.<br />Salah satu yang membuat resah para orientalis pada saat ini adalah ketakutannya pada islam. Islam dianggap sebagai musuh yang tiap saat membayang-bayangi mereka. Karena dalam keyakinan mereka, islam adalah agama yang mempunyai kekuatan maha dahsyat yang mampu menggerakkan penganutnya untuk melawan kekuatan apa saja. Barat yakin jika islam dihadapi dengan jalan militer maka mereka akan kalah, barat telah trauma dengan perang salib, dan menjadikannya sebagai pelajaran yang berarti. Karenanya mereka selalu mewanti-wanti islam, khususnya yang berpegang teguh akan ajaran islam.<br />Dengan kelicikan barat, mereka merubah haluan dengan menghantam islam dari dalam, dengan berbagai cara dilakukan asalkan muslimin bisa jauh dari agamanya dan mengekor pada barat.<br />Rasa ketakutan pada islam juga dirasakan sebagian umat islam. Tentunya mereka yang sudah didoktrin dan dicuci otak mereka oleh barat. Pola pikir, ideologi, falsafah hidup tidak jauh berbeda seperti orang barat. Apa yang dinilai barat baik, baik juga menurutnya, dan apa yang dianggap jelek barat jelek juga baginya, walaupun hal itu menyangkut agamanya sendiri.<br />Oleh karenanya menjadi keharusan bagi kita sebagai thalabul’ilmi, untuk belajar dan terus belajar. Dan menjadi kewajiban untuk melindungi nilai-nilai murni ajaran islam dari penyelewengan yang datang dari luar maupun dari dalam. Adapun umat islam yang mempunyai pemikiran yang menyimpang, mereka perlu diberi suntikan ruhani agar mereka sadar, bahwa mereka mempunyai tujuan hidup, yaitu beribadah kepada Allah dan menjalankan syariat agama, tanpa harus dibumbuhi dengan ide-ide barat.wallahu a’lam.nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2026530794038320273.post-31470619129477165992009-12-07T09:13:00.001-08:002009-12-07T09:21:36.908-08:00Tantangan umat islam<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikaMS-qDbNa9bT5wSed7MTvZnEYifhy4x3WN3fva1Xwb0HsuJQG_QqnM-cRb9uy3mQko5IxLnJOplldqaL4v6hA59dkb5nh_MiKZE_OZNS1uI3LpIL0SwtaIb_M90868_6O_MSM6gNsOcw/s1600-h/Light.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 396px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikaMS-qDbNa9bT5wSed7MTvZnEYifhy4x3WN3fva1Xwb0HsuJQG_QqnM-cRb9uy3mQko5IxLnJOplldqaL4v6hA59dkb5nh_MiKZE_OZNS1uI3LpIL0SwtaIb_M90868_6O_MSM6gNsOcw/s400/Light.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412545504012973890" /></a><br /><p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Agama islam adalah agama yang penuh dengan kegemilangan dan kejayaan, betapa tidak seluruh sektor perekonomian, perpolitikan,kemiliteran, kedokteran, pendidikan sepenuhnya berada ditangan umat islam. Kekuasaan daerah<span style="mso-spacerun:yes"> </span>islam meluas sampai masuk ke negara asia, afrika dan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>eropa. Dibawah naungan daulah khilafah umat islam menjadi umat nomor satu dalam pandangan dunia. <span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Selama berabad-abad islam mencapai kegemilangan, dimana baratketika itu berada dalam masa keterpurukan dan kehinaan. Adapun rahasia kunci kesuksesan umat islam ialah karena umat islam dekat dengan ajaran islam, umat islam mengkomsumsi ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw, kemudian diterapkan dengan karya-karya yang gemilang. Segala kreatifitas muslim ditumpahkan sehingga menghasilkan value yang sangat tinggi. Adapun barat berabad-abad <span style="mso-spacerun:yes"> </span>berada dalam masa kegelapan, tidak ada yang bisa disombongkan dan dibanggakan. Keterpurukan barat terjadi karena kontradiksinya antara ajaran Kristen dan realita. Kekuasaan mutlak ketika itu adalah gereja bukan pemerintah, jika ada sesuatu hal yang bertentangan dengan kemauan gereja akan dimusnahkan. Kita lihat bagaimana ilmuwan barat Galileo mati karena pendapatnya berseberangan dengan barat, tidak ada karya yang bisa diciptakan dan dihasilkan oleh barat, banyak para penemu dan ilmuwan <span style="mso-spacerun:yes"> </span>yang berbeda pendapat dengan gereja menjadi sasaran empuk bagi kekejaman gereja. Hal semacam ini sangat berbeda dengan konsep islam, dengan <i>taqarrublilislam</i> membuat agama islam menjadi agama yang gemilang dan bercahaya, beda halnya dengan negara barat, kedekatan masyarakat dengan agama mereka menjadikan orang-orang barat monoton, terkungkung oleh kekuasaan gereja.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Kegemilangan umat islam membuat bangsa barat berkiblat pada Negara islam,mereka (barat) mengirimkan putra bangsanya untuk belajar dan menimba ilmu dinegara islam, mereka mempelajari segala sesuatu dari islam, mulai dari pendidikan, pengobatan perekonomian dan sebagainya. Setelah itu mereka kembali kenegaranya kemudian mengajarkan dan membangun negaranya yang masih dalam keterpurukan. Orang-orang barat kini tidak terlalu memperhatikan ajaran gereja, bahkan mereka mengajukan konsep sekulerisasi, sehingga gereja tidak dapatsemena-mena mengatur bangsa barat, cakupan kekuasaan gereja hanya terbatas pada hal yang besifat religi saja. Perlahan-lahan mereka meninggalkan ajaran gereja yang selama ini menghambat kemajuan negara barat, sehingga para pemikir, ilmuwan bebas mencurahkan seluruh ide dan buah pikir mereka dalam realita.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><b><span style="'line-height:115%;font-size:12.0pt;">Tantangan umat islam <span style="mso-spacerun:yes"> </span><span style="mso-spacerun:yes"> </span></span></b></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Kita melihat bahwa agama<span style="mso-spacerun:yes"> </span>islam adalah<span style="mso-spacerun:yes"> </span>agama yang mempunyai jutaan pengikut, dan Negara-negara islam adalah Negara yang kaya raya akan sumber daya alam, tapi yang mengherankan adalah umat islam sangat tertinggal dari segi pendidikan, ekonomi, politik,budaya dan sebagainya. Penulis akan mencoba sedikit memaparkan tentang tantangan umat islam saat ini.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">1.neo imperialisme</span></p> <p class="MsoNormal"><span lang="IN" style="'font-family:">Pada era 1950-an, bangsa </span><span style="'font-family:">m</span><span lang="IN" style="'font-family:">uslim di muka bumi telah mengakhiri penjajahan (imperialisme) fisik dari bangsa Barat. Pertanyaan yang diajukan oleh Guru Besar Cairo University, Prof. Hasan Hanafi, dalam kitabnya <em><span style="'font-family:">Muqaddimah fi al-‘Ilmi al-Istighrab</span></em>, cukup membuat umat Islam terhenyak: <em><span style="'font-family:">“Mengapa gerakan pembebasan tanah air berhasil melepaskan diri dari penjajahan militer tetapi gagal mempertahankan kemerdekaaan ekonomi, politik, kebudayaan dan peradaban?</span></em></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Walau umat islam bisa terbebas dari penjajahan kolonial barat, tapi pada kenyataannya umat islam saat ini masih berada dalam penjajahan. Penjajahan model ini dikenal dengan neo-imperialisme. Perang ini sangat mematikan dari perang fisik, dampak neo-imperialisme ini akan mengikis nilai-nilai luhur kebudayaan islam, dan menggantikan dengan nilai-nilai peradaban barat, dalam seluruh sektor kita dijajah. Dalam kehidupan sehari-hari kita liat, bagaimana dengan media barat menjajah umat islam, film-film disiarkan penuh dengan kekerasan, mistik, sex yang bisa mempengaruhi psikolog para penonton.Dari segi pendidikan, disekolah umum maupun perkuliahan ketidak seimbangan ilmu agama dengan ilmu umum jelas sekali, dengan bermodalkan 2 jam <span style="mso-spacerun:yes"> </span>pelajaran agama perminggu mustahil seorang murid bisa paham agamanya, begitu juga pelajaran atau pendapat-pendapat tokoh dari barat diadopsi di sekolah-sekolah islam. Dari makanan, umat islam sekarang ini, lebih senang makan makanan ala barat ketimbang makanan lokal, sehingga semacam ini bisa merubah persepsi seseorang dengan istilah “kalau bukan dari barat berarti tidak modern”.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">2.isu terorisme</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Isu terorisme ini gencar-gencarnya ketika serangan 11 sebtember WTC (world trade center), umat islam menjadi sasaran barat pada serangan ini. Isu teroris terhadap umat islam adalah sebuah agenda besar barat untuk mengucilkan islam dari dunia internasional. Umat islam di identikkan dengan radikalisme, yang membuat nama islam seram dan ditakuti. Isu teroris diusung juga karena ambisi barat untuk menguasai Negara-negara muslim yang potensial melakukan perlawanan kepada barat. Invansi barat kenegara-negara islam dengan dalih mencari sindikat teroris hanyalah rekayasa saja, sebenarnya kekayaan SDA Negara islam adalah target utama. Nama islam di barat identik dengan teroris, sehingga umat islam minoritas dinegeri barat senantiasa diawasi dan dicurigai.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">3.terpecah belah dan diskonsolidasi</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Dizaman para sahabat para umat islam menjunjung perbedaan, karena dengan perbedaan pikiran dan umat islam bisa berkembang tanpa terkungkung dengan satu pendapat. Perbedaan pendapat adalah keniscayaan sejarah, namun perbedaan ini disikapi dengan harmoni. Namun sekarang perbedaan dikambing hitamkan sebagai alasan umat islam untuk tidak bersatu, berbagai fenomena terjadi dimasyarakat kalau beda mazhab berarti musuh, perbedaan tidak disikapi dengan santun tapi disikapi dengan cacian, makian, kutukan antar kelompok.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Hal semacam ini tidak hanya terjadi pada masyarakat saja, tapi sampai antar negara, negara Saudi yang rela melihat dan tidak membantu Negara libanon di Invansi oleh Israel, dikarenakan Libanon<span style="mso-spacerun:yes"> </span>mayoritas berpaham Syiah. Begitu pula Libanon tidak mengirimkan pasukannya untuk membantu Irak ketika diserang Amerika dan Israel, hanya karena mayoritas Irak berpaham sunni.<span style="mso-spacerun:yes"> </span>Ditambah lagipertarungan<span style="mso-spacerun:yes"> </span>sengit salafi dengan kelompok modernis seperti <i>ikhwanul muslimin dan hizbut tahrir</i>. Konflik semacam ini hanya akan membuat islam rugi, terpecah belah, dan lemah tapi membuat keuntungan besar bagi barat untuk memecah belah islam.</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">4.terpenjara oleh kesadaran magic (tahayyul)</span></p> <p class="MsoNormal"><span style="'font-family:">Dampak dari kesadaran ini membuat umat islam anti dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, padahal barat menyerang islam dengan pengetahuan dan teknologi. Ketika Allah menyatakan syetan adalah musuh yang harus diperangi, umat islam malah menganggap syetan itu hanya sebatas<span style="mso-spacerun:yes"> </span>makhluk halus yang membuat orang kesurupan dan hantu yang gentayangan pada malam hari. Umat islam tidak sadar kalau setan itu ada juga yang berbentuk manusia, Amerika dan Israel yang sewenang-wenang terhadap islam apakah bukan syetan?, pemerintah yang zalim kepada rakyatnya apakah bukan syetan? Firqah-firqah yang menyesatkan apakah bukan setan ? Hal semacam inilah yang harus diluruskan pada masyarakat, agar tidak larut pada kepercayaan seperti ini. </span></p> <span style="'line-height:115%;font-family:font-size:11.0pt;">Tantangan seperti ini adalah PR bagi kita semua, kesadaran akan kembali pada ajaran islam yang murni sangat dituntut, agar kegemilangan dan kejayaan islam bisa dibangun kembali. Umat islam harus bangun dari tidur panjangnya agar sampai tidak terlena dengan kebudayaan barat yang telah mengikis kebudayaan islam. Wallau a’lam</span>nasroelhttp://www.blogger.com/profile/01652568422177929640noreply@blogger.com0