Islam dan Pers

Masih ingatkah kita akibat tragedi WTC (World Trade Center) terhadap islam? Ingatkah kita bagaimana nasib pembantaian umat islam ditanjung priuk? Masih ingatkah kita bagaimana penghinaan nabi Muhammad saw., dalam karikatur pada Koran Denmark? Masih ingatkah kita, kekejaman Amerika dan tentara Israel terhadap kaum muslim di Irak? Inilah salah satu propaganda barat untuk menghancurkan dan meluluh-lantahkan umat islam dengan media.
Islam adalah agama yang menyeru kepada penganutnya menjadi orang yang cerdas dan pintar, islam adalah agamanya orang-orang yang berprestasi, adapun salah satu jalan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan membaca dan menulis. Saking pentingnya hal tersebut sehingga ayat yang pertama diturunkan Allah adalah iqra (baca). Membaca bukan dalam artian membaca buku atau koran saja, tapi membaca juga bisa dilakukan dalam cakupan yang universal seperti membaca lingkungan, membaca setiap kejadian, membaca diri sendiri dan sebagainya. Begitu juga dengan menulis, di dalam Al Qur’an kita dapati dalam surah Al-Qalam, Allah bersumpah dengan pena, menunjukkan benda tersebut memiliki keistimewaan tersendiri dari benda-benda lainnnya. Maka dengan pena mengajak kepada umat islam agar selalu memperhatikan, berkreasi, kreatif dengan menorehkan karya-karya kita dengan sebuah tulisan. Inilah yang direalisasikan ulama-ulama salaf, imam Syafi’i, dengan berbagai macam karangannya ia abadikan dalam bentuk kitab, seperti kitab monumental beliau Ar Risalah, imam Ghazali dengan Ihya Ulumuddin nya, imam Qurthubi dengan tafsir Jami’ Ahkamnya, imam Ahmad bin Hanbal dengan Al-musnadnya, imam ibnu jarir At Thabari yang setiap hari menulis sebanyak 40 lembar selama 40 tahun. Dan total semua tulisannya adalah 584.000 lembar, imam ibnu Jauzi pernah bertutur tentang dirinya “ aku menulis dengan dua jariku ini dua ribu jilid buku, dan masih banyak lagi ulama yang mengabadikan karya-karyanya dengan sebuah tulisan, ulama tersebut bisa kita kenali dan tetap kekal namanya dengan kitab-kitabnya. Kesadaran yang tinggi membuat mereka menghabiskan umurnya dengan membaca dan menulis. Maka menjadi keharusan bagi umat islam untuk bertaqlid kepada para ulama dalam berpartisipasi mem follow up karya-karya kita dengan tulisan.
Namun patut disayangkan umat islam saat ini kurang perhatian dalam urusan ini, umat islam saat ini lebih senang menjadi obyek bukan jadi subjek, umat lebih cenderung diam dan tidak berbuat apa-apa, umat islam saat lebih senang jadi penonton bukan pemain, umat islam saat ini saling bergantung satu dengan yang lain, sehingga kesempatan ini digunakan para musuh islam untuk mempermainkan umat islam, terutama pada media massa. Pada zaman era globalisasi ini media sepenuhnya berada ditangan para Orientalis dan Zionis, media menjadi alat yang sangat efektif dalam mempropagandakan ideologi mereka keseluruh dunia, media buatan barat juga bisa menjelma menjadi bom sangat berbahaya yang dengan cepat bisa merubah opini masyarakat tentang citra islam. Dengan media yang dikuasai barat membuat islam yang cinta akan perdamaian menjadi agama yang penuh dengan kekerasan, dengan media membuat umat islam yang ummatan wasatan menjadi agamanya orang-orang radikal. Disinilah perang media dimulai, setelah barat tidak mampu mengalahkan islam dengan militer, barat kemudian menjadikan media untuk menyerang islam.
Zionis dan sekutunya merancang opini yang menampilkan citra bahwa gerakan mereka adalah legal, dan muncul karena ketertindasan. Begitu juga sebaliknya, terorisme selalu mereka kaitkan dengan islam seakan-akan agama islam identik dengan teroris. Tanpa penelitian dan penyelidikan terlebih dahulu, kasus-kasus yang berbau teroris langsung diliput oleh media massa. bahkan setiap berita-berita apapun tidak ada yang sampai kepada publik sebelum di filter oleh media barat.
Hal ini menjadi tantangan berat bagi umat islam diseluruh dunia, umat islam seharusnya memiliki media yang bisa menyeimbangi media-media barat, islam hanya akan menjadi bulan-bulanan dan menjadi mainan barat jika tidak mempunyai media sebagai perangkat tandingan terhadap media barat, bukankah Napoleon Bonaparte pernah berkata “saya lebih takut pada media massa dibanding senjata”. Begitu juga perkataaan syekh Yusuf Al Qaradhawi “dulu eropa dikuasai dengan senjata, sekarang eropa akan dikuasai dengan pena”. Persatuan dan kekompakan islam menjadi kunci kebangkitan islam, tinggal kesadaran umat islam sendiri harus menjalani dan memainkan peran yang siap menghadapi para Zionis dan Orientalis.

0 komentar:

Posting Komentar